Reporter: Yuliana Hema | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kepemilikan investor asing di pasar saham masih menyusut. Hingga akhir perdagangan Rabu (26/3), investor asing masih mencatatkan net sell Rp 33,12 triliun sepanjang 2025 berjalan ini.
Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), nilai efek di pasar ekuitas mencapai Rp 6.523,59 triliun pada Februari 2025. Di mana, 47,27% merupakan kepemilikan investor asing.
Posisi tersebut menyusut dari Januari 2025. Nilai efek pasar ekuitas di bulan pertama 2025 mencapai Rp 7.227,17 triliun, dengan total kepemilikan investor asing sebesar 48,86%.
Memang di tengah tekanan pada pasar saham, investor domestik mulai mendominasi transaksi. Investor domestik menguasai 60% dari total nilai transaksi sepanjang tahun berjalan ini.
Baca Juga: IHSG Mulai Rebound, Simak Rekomendasi Saham untuk Kamis (27/3)
Investment Analyst Infovesta Kapital Advisory Ekky Topan memproyeksikan investor asing berpotensi kembali ke pasar modal Tanah Air pada kuartal II-2025.
"Namun situasi tersebut masih sangat bergantung pada beberapa kondisi utama, baik dari dalam negeri maupun global," ucapnya kepada Kontan, Rabu (26/3).
Dia bilang stabilitas politik masih menjadi faktor kunci bagi investor asing. Jika situasi politik mulai mereda dan arah pemerintah baru lebih stabil, maka kepercayaan investor global kembali terbangun.
Dari eksternal, meredanya tensi perang dagang dan geopolitik global juga akan menjadi sentimen penting. Ini membuat investor menaruh dananya pada aset yang lebih aman seperti emas.
Stimulus Tak Cukup
Stimulus yang diberikan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berupa pembelian kembali atau buyback saham tanpa Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dinilai hanya berdampak jangka pendek.
Ekky bilang kebijakan tersebut hanya bersifat jangka pendek, yakni meredam tekanan jual dan menstabilkan harga saham, bukan sebagai alat utama untuk menarik kembali dana asing.
"Yang dibutuhkan asing saat ini adalah kepastian, kestabilan dan ruang pertumbuhan. Selama ketiganya dijaga, maka investor global akan melirik pasar Indonesia tanpa mengandalkan insentif berlebihan," katanya.
Pengamat Pasar Modal dari Universitas Indonesia Budi Frensidy menambahkan, yang diharapkan saat ini bisa mengangkat indeks adalah investor institusi besar dalam negeri.
Menurutnya, otoritas mendorong institusi besar domestik seperti BPJS maupun Jamsostek Tenaga Kerja untuk mengambil posisi ketika pasar saham sedang bearish.
"Bisa, tetapi sulit karena institusi seperti itu bisa dibilang bersalah jika terjadi unrealized loss. Aturan ini yang harus diubah terlebih dahulu," jelas Budi.
Baca Juga: Rupiah Menguat Pada Rabu (26/3), Simak Prediksinya untuk Kamis (27/3)
Selanjutnya: KAI Sudah Layani 1 Juta Penumpang di Masa Angkutan Lebaran 2025
Menarik Dibaca: KAI Sudah Layani 1 Juta Penumpang di Masa Angkutan Lebaran 2025
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News