Reporter: Yuliana Hema | Editor: Adi Wikanto
Rekomendasi Saham Blue Chip- JAKARTA. Menjelang libur panjang Hari Raya Idul Fitri 2024, harga sejumlah saham melemah. Bahkan, beberapa saham tersebut adalah blue chip. Analis melihat, harga saham blue chip tersebut sedang murah sehingga menjadi kesempatan untuk mulai dikoleksi.
Saham blue chip adalah saham lapis satu di bursa efek yang memiliki kapitalisasi pasar besar dan fundamental yang kuat. Di Bursa Efek Indonesia (BEI), saham blue chip identik dengan saham-saham di Indeks LQ45.
Belakangan saham-saham blue chip melemah. Seiring itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga terkoreksi.
IHSG melemah 0,87% atau 70,14 poin ke level 7.166,84 di akhir perdagangan Rabu (3/4). Dalam sepekan terakhir, IHSG bahkan sudah terkoreksi 1,98%. Dus, IHSG semakin menjauhi rekor tertinggi sepanjang masanya alias all time high yang dicetak pada 14 Maret 2024.
Tekanan ini sejalan dengan hengkangnya aliran dana investor asing. Pada Rabu (3/4), asing mencetak net sell Rp 2,13 triliun. Dalam sepekan terakhir, net sell asing telah mencapai Rp 4,96 triliun.
Aktivitas transaksi juga cenderung menurun menjelang periode libur panjang khususnya mendekati libur lebaran. Pasalnya sejak 8 April–15 April 2024 perdagangan akan ditiadakan.
Ini tercermin dari penurunan nilai rata-rata volume transaksi harian dari 17,43 triliun saham menjadi 17,43 triliun saham sepanjang tahun 2024 berjalan ini hingga Rabu (3/4).
Kapitalisasi pasar alias market cap bursa dalam negeri atau IHSG terpantau makin menciut. Per Rabu (3/4), market cap bursa mencapai Rp 11.583 triliun yang turun dari Rp 11.675 triliun.
Pada Rabu (3/4), saham blue chip yang paling banyak dilego asing adalah saham BBCA senilai Rp 733,4 miliar. Tak heran, harga saham BBCA pada Rabu kemarin ditutup di level 9.525, turun 375 poin atau 3,79% dibandingkan sehari sebelumnya.
Kemudian net sell saham BBRI senilai Rp 500,2 miliar. Harga saham BBRI turun ke level 5.625 susut 50 poin atau 0,88% dibandingkan sehari sebelumnya.
Irvan Susandy, Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa Efek Indonesia tak menampik memang dari pertengahan Maret hingga awal April, IHSG sudah mengalami penurunan dalam dua pekan terakhir.
"Meskipun demikian, secara umum, pasar saham dalam negeri masih mencatatkan net buy sebesar Rp 22,99 triliun sejak awal tahun atau year to date," jelas dia, Rabu (3/4).
Irvan mencermati ada beberapa faktor yang menekan pergerakan IHSG dan net sell investor asing berkalangan ini. Pertama, sidang Mahkama Konstitusi (MK) terkait hasil pemilu yang kian memanas.
Kedua, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) resmi mengakhiri kebijakan stimulus restrukturisasi kredit perbankan terdampak Covid-19 pada 31 Maret 2024. Ketiga, masa pembagian dividen emiten yang telah berakhir.
Pasalnya, mayoritas cum date big banks sepert BBCA, BBRI, BMRI dan BBNI jatuh pada Maret 2024. Hingga 26 Maret 2024, keempat bank itu merupakan emiten yang mengalami net buy asing tertinggi selama 2024.
"Pembagian dividen juga diiringi dengan masa repatriasi dividen dari dalam negeri kepada investor asing yang memegang saham dalam negeri," kata Irvan.
Masa repatriasi dividen ini turut menjadi faktor pelemahan rupiah. Alhasil, pelemahan nilai tukar rupiah turut menjadi sentimen negatif di pasar ekuitas.
Baca Juga: Analis Rekomendasi Beli Cicil Saham Blue Chip Ini Saat Net Sell Asing
Atur Strategi Investasi
Retail Research Team Leader CGS International Sekuritas Mino menilai menjelang libur panjang, pelaku pasar maupun pasar lebih sensitif akan sentimen yang ada.
Namun di tengah net sell asing yang deras dan koreksi pada IHSG, investor bisa melihat ini sebagai sebuah peluang. Bukan sebaliknya, melihat ini sebagai hal yang menakutkan.
Oleh karena itu, investor bisa menerapkan strategi buy on weakness (BoW) pada saham-saham big caps karena sedang diskon. Menurutnya, koreksi pada saham big caps tidak akan terlalu lama.
"Jadi kalau mau mencari cuan dengan cara yang relatif aman dan tidak terlalu lama, investor bisa melirik emiten perbankan big caps," kata dia, Selasa (2/4).
CGS International Sekuritas menyematkan rating add BBCA dengan target harga di Rp 10.900. Rekomendasi add juga diberikan pada BBRI, BBNI dan BMRI dengan masing-masing target harga di Rp 7.100, Rp 6.750 dan Rp 8.000.
Direktur Panin Sekuritas Prama Nugraha menuturkan memang menjelang libur pajangan lebaran, transaksi akan cenderung sepi. Meski begitu beberapa saham bisa investor cermati.
"Ini siklus secara jangka pendek saja, ada fluktuasi di pasar. Nanti pasca hari raya idul fitri, pasar bisa kembali pulih lagi," ucap Prama.
Di momen bulan ramadan ini, Prama bilang ada beberapa sektor yang bakal mendapatkan berkah dan dapat dicermati, yakni telekomunikasi, konsumen primer dan perbankan.
Senada, Senior Analyst Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menilai momentum seperti ini bisa dijadikan peluang bagi investor untuk mencicil beli saham-saham big caps.
Nafan bilang investor dapat mencermati saham ADRO, AMRT, ANTM, ASII, ASSA, AUTO, BBCA, BBRI, BMRI, BRPT, BRMS, BUMI, CPIN, ELSA, ESSA, GGRM dan HRUM.
Selain itu, investor dapat melirik peluang potensi kenaikan harga dari saham ICBP, INCO, INDF, INKP, INDY, INTP, ITMG, JPFA, JSMR, LSIP, MEDC, MIKA, MYOR, NCKL, PTPP, SILO, TKIM, TLKM dan UNVR.
Itulah saham -saham yang harganya sedang murah dan memiliki potensi naik usai libur Lebaran. Ingat, segala risiko investasi atas rekomendasi saham di atas menjadi tanggung jawab Anda sendiri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News