Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dana asing kembali mengalir ke emerging market, termasuk ke pasar obligasi Indonesia setelah The Fed menahan suku bunga acuannya dan tensi perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China mereda.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, kepemilikan asing di Surat Berharga Negara (SBN) mulai menunjukkan kenaikan. Per Rabu (11/12), kepemilikan asing di SBN kembali menyentuh Rp 1.068 triliun atau naik Rp 2 triliun dari Selasa (3/12).
Ahmad Mikail Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia mengatakan, aliran dana asing mulai masuk ke emerging market setelah bank sentral AS Federal Reserve mempertahankan suku bunga mereka di rentang 1,5%-1,75%. "Tingkat suku bunga AS yang dipertahankan membuat risiko capital outflow asing di pasar keuangan Indonesia jadi tipis," kata Mikail, Jumat (13/12).
Baca Juga: Volume perdagangan CDS tertinggi emerging market: China, Turki, Brazil
Kini, pasar obligasi juga mendapat katalis positif tambahan dari meredanya perdang dagang AS dan China. Akhir pekan ini, AS dan China menyetujui kesepakatan fase satu. Akhirnya, AS menangguhkan sejumlah tarif impor barang dari Tiongkok dan mengurangi tarif sejumlah barang lain. Sebagai imbalannya, China berjanji akan menambah pembelian produk pertanian AS di tahun depan. "Asing masih melirik pasar obligasi Indonesia, apalagi dengan redanya perang dagang," kata Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Indonesia Ramdhan Ario Maruto.
Dengan kondisi perang dagang yang semakin kondusif, Ramdhan optimistis kepemilikan asing berpotensi mencetak rekor baru di tahun ini. Sebelumnya, rekor kepemilikan asing tercatat berjumlah Rp 1.070 triliun pada 8 November silam.
Jelang akhir tahun, para investor cenderung akan melengkapi portofolio mereka di pasar obligasi, sehingga potensi kepemilikan asing di SBN untuk naik terbuka.
Baca Juga: Asing catatkan net buy Rp 41,73 triliun sejak awal 2019, OJK: Pasar masih terjaga
Ramdhan memproyeksikan yield Surat Utang Negara (SUN) tenor 10 tahun akan stabil di 7% untuk tahun ini. Sementara, jika kondisi pasar keuangan serta sentimen eksternal tetap kondusif, maka yield berpotensi turun ke 6,8% di tahun depan.
Mikail menambahkan, potensi penurunan suku bunga juga menambah katalis positif pasar obligasi. Mikail memproyeksikan Bank Indonesia masih memiliki ruang untuk menurunkan suku bunga meski The Fed mempertahankan suku bunga acuan.
Mikail memproyeksikan suku bunga acuan berpotensi turun karena inflasi masih rendah, serta defisit neraca transaksi berjalan di kuartal III-2019 mengecil ke 2,7% dari produk domestik bruto (PDB) dengan nilai US$ 7,7 miliar, setelah pada kuartal sebelumnyamencapai 2,9% dari PDB dengan jumlah US$ 8,2 miliar.
"Fokus pemerintah kali ini adalah pertumbuhan ekonomi sehingga BI bisa potong suku bunga sekali lagi di tahun ini, dan ini akan menjadi katalis positif bagi pasar obligasi," kata Mikail.
Baca Juga: Hingga awal Desember, total penerbitan SBN capai Rp 460 triliun
Alahasil, Mikail juga optimistis kepemilikan asing di SBN mampu capai rekor baru karena risk appetite terhadap aset negara-negara berkembang meningkat. Hal ini makin didukung dengan menguatnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Per Jumat (13/12), rupiah mampu menyentuh Rp 13.990 per dolar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News