kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kenaikan Suku Bunga Diprediksi Mereda, Indeks Obligasi Sentuh Level Tertinggi


Kamis, 24 November 2022 / 20:09 WIB
Kenaikan Suku Bunga Diprediksi Mereda, Indeks Obligasi Sentuh Level Tertinggi
ILUSTRASI. Kinerja pasar obligasi terus mendaki tinggi. Ekspektasi pasar terhadap redanya kenaikan suku bunga The Fed menjadi penopangnya.


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja pasar obligasi terus mendaki tinggi. Ekspektasi pasar terhadap redanya kenaikan suku bunga The Fed menjadi penopangnya.

Mengutip data Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI), kinerja pasar obligasi yang tercermin dari Indonesia Composite Bond Index (ICBI) menyentuh area 340,20 pada Kamis (24/11). Ini menjadi level tertinggi indeks ICBI di sepanjang tahun 2022.

Research & Consulting Manager PT Infovesta Utama Nicodimus Kristiantoro menilai, kenaikan indeks return obligasi sejalan dengan tren kenaikan harga yang mewarnai pasar obligasi domestik dalam beberapa hari terakhir.

"Utamanya, kenaikan ICBI karena meredanya persepsi risiko investor terhadap beberapa isu seperti tren penurunan inflasi yang mendorong harapan pasar akan meredanya kenaikan tingkat suku bunga The Fed," papar Nicodimus kepada Kontan.co.id, Kamis (24/11).

Baca Juga: Inflasi Terkendali, Pasar Obligasi Membumbung Tinggi

Dari internal, kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) dirasa tepat oleh pelaku pasar sebagai front loaded dan langkah pre-emptive terutama untuk menjaga nilai rupiah. Penguatan ICBI juga dinilai sebagai aksi trading investor yang tengah memanfaatkan momentum penurunan harga untuk kembali mengakumulasi seri-seri obligasi dengan harga diskon.

Nicodimus memprediksi, ke depannya performa ICBI masih cukup prospektif. Pertimbangannya ialah indikasi The Fed yang nampaknya mulai memperlambat laju kenaikan Fed Fund Rate (FFR) bulan Desember.

Namun, disisi lain pelaku pasar juga perlu mencermati dinamika perkembangan di pasar seperti pergerakan kurs rupiah yang masih saja melemah. Kondisi tersebut dikawatirkan bisa menekan performa obligasi.

Selain itu, laju kenaikan inflasi belum sepenuhnya mereda di beberapa kawasan, serta kebijakan Zero Covid policy di China masih diterapkan sampai batas waktu yang belum ditentukan.

Sebelum tutup tahun ini, performa obligasi tanah air bakal dibayangi berbagai isu baik internal maupun eksternal. Sentimen positif bisa berasal dari rilis inflasi Indonesia yang diprediksi turun ke 5,6% year-on-year (yoy) di awal Desember nanti dan hasil FOMC Meeting jika The Fed benar-benar memperlambat laju kenaikan suku bunga.

Dari sisi yield atau imbal hasil sebenarnya masih sangat menguntungkan. Jika dilihat secara year to date, pasar obligasi mencatatkan kenaikan yield pada seluruh tenor. Meskipun, dalam beberapa minggu terakhir mulai terjadi reversal paska inflasi AS turun ke level 7,7% sehingga turut meredakan persepsi risiko pasar secara signifikan.

Hanya saja, ada beberapa sentimen negatif seperti rilis inflasi beberapa kawasan yang diperkirakan berlanjut naik. Jika demikian, bank-bank utama dunia itu diproyeksikan bakal menaikkan suku bunga acuannya. Serta, kebijakan pembatasan di China bisa mengancam rantai pasokan global.

Tak ketinggalan pula, dinamika konflik geopolitik Rusia-Ukraina yang masih berlangsung. Karena berbagai sentimen itu, Nicodimus memperkirakan yield obligasi Indonesia tenor 10 tahun bisa berada di level 7,3% – 7,5% hingga akhir tahun 2022.

Baca Juga: Obligasi Masih Diminati, Indeks Obligasi Menyentuh Level Tertinggi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×