kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kenaikan Suku Bunga BI dan Inflasi yang Stabil Kerek Real Yield Obligasi Indonesia


Rabu, 01 November 2023 / 21:30 WIB
Kenaikan Suku Bunga BI dan Inflasi yang Stabil Kerek Real Yield Obligasi Indonesia
ILUSTRASI. Pialang mengamati pergerakan pasar modal di Jakarta, Senin (6/9/2021). Kenaikan Suku Bunga BI dan Inflasi yang Stabil Kerek Real Yield Obligasi Indonesia.


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan suku bunga Bank Indonesia (BI) sebesar 25 bps menjadi 6,00% pada pertemuan Oktober 2023 membuat pasar obligasi dalam negeri kembali menarik.

Hal ini didukung oleh terkendalinya inflasi Indonesia yang sebesar 2,56% secara tahunan atau year on year (yoy) pada Oktober 2023.

Sejalan dengan peningkatan suku bunga acuan BI, yield obligasi pemerintah Indonesia tenor 10 tahun mencatatkan kenaikan dari 6,2% pada bulan Juli menjadi di atas 7% di bulan Oktober 2023.

"Kenaikan yield tersebut cenderung menghasilkan real yield yang cukup tinggi, yakni mencapai 4,5%," kata Analis Fixed Income Sucorinvest Asset Management Alvaro Ihsan saat dihubungi Kontan.co.id, Rabu (1/11). 

Baca Juga: Dua Reksadana Offshore BNP Paribas AM Catat Kinerja Dobel Digit

Alvaro menjelaskan, real yield menunjukkan imbal hasil dari obligasi yang investor dapatkan setelah memperhitungkan inflasi. Menurutnya, dengan inflasi Indonesia yang terkendali, berinvestasi pada obligasi sudah semakin menarik.

Fixed Income Research Mirae Asset Sekuritas Indonesia Karinska Salsabila menambahkan, BI menaikkan suku bunga acuannya untuk menstabilkan pasar. Pasalnya, penguatan dolar AS yang signifikan terjadi pada Oktober 2023 meningkatkan yield obligasi pemerintah AS alias US Treasury tenor 10 tahun ke kisaran 4,8%.

Kenaikan yield UST tenor 10 tahun tersebut mempersempit spread dengan yield obligasi pemerintah Indonesia. Pelaku pasar lebih tertarik berinvestasi di AS sehingga menyebabkan arus dana keluar alias capital outflow yang signifikan sejak awal Oktober 2023.

Oleh sebab itu, Karinska memprediksi, BI akan kembali menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 bps di sisa tahun ini demi membatasi tekanan pada rupiah dan membendung capital outflow. "Dampak kenaikan suku bunga ini akan terasa di semester 1 2024," kata Karinska.

Baca Juga: Yield US Treasury Naik, Bagaimana Prospek Pasar Obligasi Domestik?

Meskipun begitu, Karinska melihat, obligasi pemerintah Indonesia tenor 10 tahun masih cukup menarik dibanding negara lain. Secara year to date (ytd), 10Y INDOGB  mencatatkan return 4%, cukup tinggi dibanding obligasi pemerintah China, Malaysia, dan Thailand.

Return positif tersebut didukung oleh kondisi ekonomi Indonesia yang cenderung stabil, inflasi yang terkelola, pengetatan moneter yang terukur, dan kondisi fiskal yang solid. 




TERBARU

[X]
×