Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Adi Wikanto
JAKARTA. Harga timah menemui tantangan dari kenaikan pasokan. Tekanan pasokan diprediksi menyulitkan laju timah hingga kuartal kedua tahun ini.
Mengutip Bloomberg, Kamis (9/3) harga timah kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange (LME) tergerus 0,5% ke level US$ 19.275 per metrik ton dibanding sehari sebelumnya. Dalam sepekan terakhir timah melemah 0,38%.
Andri Hardianto, Analis PT Asia Tradepoint Futures mengatakan, harga timah pekan ini tertekan oleh kekhawatiran membengkaknya produksi. Hal ini menyusul produsen timah dalam negeri, PT Timah Tbk yang berencana untuk meningkatkan produksi menjadi 30.000 ton tahun 2017 dibanding 24.000 ton di tahun 2016. Ditambah lagi, angka ekspor timah Indonesia juga mencatat peningkatan.
Pada bulan Januari angka ekspor timah Indonesia melambung 180% menjadi 6.964 ton dibanding periode sama tahun lalu. Padahal, secara keseluruhan ekspor timah tahun lalu masih jatuh 9,4% di angka 63.560 ton. Memasuki bulan Maret, stok timah di LME naik menjadi 5.415 ton dibanding November 2016 yang masih di angka 3.000 ton.
"Ditambah lagi China akan mencabut tarif ekspor sebesar 10%. Ini dapat mengakibatkan membanjirnya timah murni dari China," tutur Andri.
Sedangkan permintaan sebenarnya masih mendukung harga timah. Pertumbuhan sektor industri global dalam beberapa bulan terakhir membuka peluang kenaikan permintaan timah. Apalagi ada rencana pembangunan infrastruktur Amerika Serikat (AS) secara besar - besaran.
"Tetapi memang timah belum dapat lepas dari tekanan dari negatif naiknya pasokan," imbuh Andri. Hingga kuartal kedua tahun ini, Andri memprediksi harga timah akan cenderung melemah dengan pergerakan di kisaran US$ 19.000 - US$ 19.150 per metrik ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News