Reporter: Namira Daufina | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Meski laporan neraca perdagangan China yang menunjukkan penurunan impor tembaga, namun harga masih mampu mendulang kenaikan.
Mengutip Bloomberg, Kamis (8/9) pukul 11.59 am di Shanghai harga tembaga kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange naik 0,4% di level US$ 4.669 per metrik ton dibanding hari sebelumnya.
Dukungan naik bagi harga tembaga datang dari reli harga minyak mentah yang kembali tembus level US$ 45 per barel. Secara tidak langsung ini mengangkat harga komoditas lainnya. Belum lagi koreksi yang diderita oleh USD turut menguntungkan harga komoditas.
Meski demikian bayang koreksi tembaga membengkak dengan catatan impor tembaga yang menyusut. Sepanjang Agustus 2016, pembelian tembaga China turun menjadi 350.000 metrik ton dari sebelumnya yang mencapai 360.000 metrik ton. Atau menukik tajam jika dibandingkan dengan Agustus 2015 lalu sebesar 348.752 metrik ton.
Tren bearish harga tembaga juga datang dari prediksi Goldman Sachs Inc yang menduga sepanjang semester dua 2016 ini harga tembaga akan semakin tertekan. Sebabnya diduga permintaan akan mengering sementara pasokan kian menumpuk.
“Secara umum permintaan memang lemah. Namun kita tidak bisa sepenuhnya pesimis karena secara musiman, di akhir tahun bisanya permintaan akan naik,” kata Ji Xianfei, Analis Guotai Junan Futures Ltd seperti dikutip dari Bloomberg.
Di saat permintaan China menurun, pengiriman tembaga malah naik menjadi 1,45 juta metrik ton. Itu merupakan pengiriman tertinggi sejak Februari 2016 lalu. Diprediksi ini bisa mengikis harga tembaga, sehingga kenaikan terbilang rentan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News