kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kenaikan harga komoditas tak berefek besar pada pergerakan IHSG hari ini, kenapa?


Senin, 16 September 2019 / 20:38 WIB
Kenaikan harga komoditas tak berefek besar pada pergerakan IHSG hari ini, kenapa?


Reporter: Irene Sugiharti | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejak sepekan ke belakang kenaikan harga komoditas turut menjadi salah satu sentimen yang memperkuat laju pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Harga minyak misalnya, hingga hari ini (16/9) harga minyak sudah meningkat sebesar 8%-9%. 

Kenaikan harga minyak yang terjadi saat ini salah satunya didorong isu penyerangan kilang minyak Arab Saudi yang dikabarkan membuat produksi minyak Arab Saudi menurun hingga 50% juga menjadi salah satu sentimen yang mendorong penguatan harga minyak.

Sayangnya pada Senin (16/9) kenaikan harga komoditas belum berhasil mendongkrak kinerja IHSG yang terpuruk karena melemahnya sektor consumer goods pada hari ini. 

Head of Research Infovesta Wawan Hendrayana menuturkan pelemahan IHSG hari ini selain dipengaruhi oleh anjloknya harga saham emiten rokok HM Sampoerna (HMSP) dan Gudang Garam (GGRM) juga dipengaruhi oleh melemahnya sektor perbankan.

Baca Juga: Meski efek tak signifikan, lonjakan harga minyak jadi angin segar bagi harga batubara

“Hari ini sektor keuangan jatuh. Secara kapitalisasi 40% dari IHSG berasal dari sektor perbankan dan juga consumer goods karena rokok. HM Sampoerna (HMSP) salah satu yang paling besar secara kapitalisasi hari ini turun sangat dalam, juga Gudang Garam (GGRM),” tutur Wawan Senin (16/9).

Rencana kenaikan cukai rokok sebesar 23% menjadi penyebab melemahnya saham emiten-emiten rokok pada hari ini. Harga saham HMSP berdasarkan data RTI hari turun 510 poin atau 18,21% dari yang sebelumnya berada di level Rp 2.800 turun menjadi Rp 2.290. 
Begitu pula dengan harga saham GGRM yang turun 20,64% dari yang sebelumnya berada di level Rp 68.800 ke level Rp 54.600. 

Menurut analis Jasa Capital Utama Chris Apriliony, kenaikan harga komoditas tak banyak berefek dalam menyokong IHSG lantaran data kinerja ekspor impor yang tak menggembirakan. Sebab, meskipun neraca dagang surplus, namun surplus ini ditengarai karena pelemahan impor yang lebih dalam ketimbang penurunan ekspor. 

Komoditas sejatinya merupakan salah satu sektor yang mendatangkan pendapatan terbesar di Indonesia. Penguatan pada sektor ini dapat mendorong adanya pertumbuhan yang positif pada perekonomian kita. Dengan adanya kenaikan harga minyak misalnya, dapat turut menolong emiten komoditas lain seperti tambang (batubara) dan emas untuk juga bergerak naik. 

Sayangnya tidak dapat dipungkiri bahwa kenaikan minyak juga dapat membawa dampak yang kurang baik bagi beberapa emiten karena dapat meningkatkan cost of production. 

Baca Juga: Kilang minyak Arab Saudi diserang, logam mulia semakin berkilau

Meski demikian Chris menilai hal ini hanya akan mempengaruhi beberapa emiten yang memang membutuhkan minyak dalam jumlah besar.

Berkaca pada kinerja Indeks hari ini, komoditas dapat menggerakkan IHSG jika tidak ada penurunan yang signifikan dari sektor lain terutama yang memiliki kapitalisasi lebih besar dari sektor komoditas yang di bursa proporsi kapitalisasinya kurang dari 20%. 

Wawan bilang, jika dibandingkan oleh sektor lain, kapitalisasi market sektor komoditas sebenarnya masih berada di bawah sektor perbankan, consumer goods dan infrastruktur. Sehingga jika penguatan harga komoditas diiringi perlemahan tiga sektor lain tersebut bukan tidak mungkin membuat IHSG masih akan terkoreksi.

Hingga akhir tahun, Chris menargetkan IHSG akan ada di level 6.400. Sementara Wawan memprediksi IHSG akan tumbuh hingga 5% dan berada di kisaran 6.550-6.600 hingga akhir tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×