kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.886.000   2.000   0,11%
  • USD/IDR 16.611   24,00   0,14%
  • IDX 6.935   102,49   1,50%
  • KOMPAS100 1.004   16,70   1,69%
  • LQ45 779   13,78   1,80%
  • ISSI 220   2,11   0,97%
  • IDX30 404   6,91   1,74%
  • IDXHIDIV20 476   9,00   1,93%
  • IDX80 113   1,65   1,48%
  • IDXV30 116   1,56   1,37%
  • IDXQ30 132   2,74   2,12%

Kenaikan Harga Emas Karena Ketidakpastian Rusia dan Ukraina Hanya Sementara


Minggu, 20 Februari 2022 / 21:12 WIB
Kenaikan Harga Emas Karena Ketidakpastian Rusia dan Ukraina Hanya Sementara
ILUSTRASI. Emas. REUTERS/Michael Dalder/File Photo


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketidakpastian geopolitik Rusia dan Ukraina memicu kenaikan pada harga emas. 

Mengutip Bloomberg, Kamis (17/2), harga emas di Commodity Exchange kontrak pengiriman April 2022 sempat menyentuh rekor tertinggi di US$ 1.902 per ons troi. Namun, di Jumat (18/2) harga terkoreksi 0,12% ke US$ 1.899 per ons troi. 

Sementara harga emas keluaran PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) juga melambung di Minggu (20/2), mencapai Rp 969.000 per gram. Harga tersebut naik Rp 16.000 sejak pekan lalu. Sementara, harga buyback berada di Rp 874.000. Harga tersebut dalam sepekan naik Rp 17.000. 

Komisaris Utama PT HFX Internasional Berjangka Sutopo Widodo mengatakan harga emas naik karena investor sedang menghindari aset berisiko (risk off) dan mengalihkan investasi pada aset lindung nilai seperti emas.

Baca Juga: Harga Emas Masih Bisa Bullish Tanpa Sentimen Ketegangan Rusia-Ukraina

Faktor yang membuat pelaku pasar risk off adalah ketidakpastian dan simpang siur penarikan pasukan Rusia. Adanya pernyataan Amerika Serikat (AS) yang kukuh menuduh Rusia akan menyerang Ukraina juga turut memberi ketidakpastian.

Selain itu, tingginya inflasi global dan pudarnya prospek kenaikan suku bunga AS sebanyak 50 basis poin menambah sentimen kenaikan harga emas. 

Namun, Sutopo berpendapat kenaikan harga emas saat ini bukan sebagai tanda harga emas dalam tren naik. "Kondisi harga emas saat ini hanya suatu peralihan dari penghindaran risiko saat terjadi perang hegemoni," kata Sutopo.  

Hubungan Rusia dan Ukraina menegang pada 2013 silam karena kesepakatan politik dan perdagangan penting dengan Uni Eropa. Presiden Ukraina yang pro-Rusia, Viktor Yanukovych, menolak perjanjian asosiasi dengan Uni Eropa demi hubungan yang lebih dekat dengan Moskow.

Permintaan emas sebagai aset safe haven juga bukan karena tensi geopolitik Rusia dan Ukraina saja. Namun, turunnya harga ekuitas global juga mendukung permintaan logam mulia dan sejenisnya. 

Selain itu, kenaikan suku bunga juga berpotensi akan meredam reli harga emas. "Semestinya harga emas tertekan di tengah tingginya suku bunga obligasi saat ini, jadi apa yang terjadi saat ini hanya bersifat insidentil," kata Sutopo. 

Baca Juga: Situasi Ukraina Memanas, Harga Bitcoin dan Mata Uang Kripto Lain Rontok

Sutopo memproyeksikan dalam waktu dekat resistance harga emas berada di US$ 1.916-US$ 1.959. Namun, setelah harga sampai pada area resistane, ada kemungkinan gelombang taking profit atawa ambil untung akan terjadi.

Kembali lagi sentimen yang memicu profit taking adalah di Maret suku bunga beberapa bank sentral global diperkirakan akan serentak naik untuk menekan inflasi yang terjadi dan hal ini menjadi sentimen negatif bagi logam mulia. Alhasil, Sutopo memproyeksikan level harga emas di US$ 2.000 belum akan terjadi di kuartal I-2021. 

Sementara, untuk harga emas logam mulia, Sutopo proyeksikan akan lanjut menguat di angka Rp 1 juta. Sentimen positif datang dari kenaikan harga yang juga terjadi di emas elektronik. Selain itu, dollar AS juga akan mempengaruhi harga beli emas dalam rupiah karena ada perbedaan kurs. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×