Reporter: Elisabet Lisa Listiani Putri | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja keuangan PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) menurun signifikan di awal tahun ini. Sepanjang kuartal I-2018, laba bersih SMGR merosot 44% menjadi Rp 412 miliar.
Di kuartal I-2017, laba emiten semen pelat merah ini mencapai Rp 747 miliar. Sedang pendapatan SMGR naik tipis 3% year-on-year (yoy) menjadi Rp 6,6 triliun.
Sekretaris Perusahaan SMGR Agung Wiharto menjelaskan, kenaikan cost of revenue Semen Indonesia saat ini cukup besar, yakni mencapai Rp 4,9 triliun dari sebelumnya Rp 4,5 triliun. "Beban tersebut disebabkan kenaikan harga batubara," ungkap dia, Senin (30/4) lalu.
Agung menyebutkan, saat ini beban batubara berkontribusi sebesar 22% dari cost structure SMGR. Dibandingkan kuartal I-2017, beban SMGR naik 11%.
Selain terbebani kenaikan harga batubara, laba SMGR juga tergerus dipicu kewajiban untuk membayar bunga dari utang untuk membangun pabrik Indarung VI, proyek di Rembang, serta proyek Cigading, Untungnya, SMGR sempat menerbitkan surat utang, sehingga bisa menekan beban bunga yang sebelumnya 9,7% menjadi sebesar 8% per tahun.
Meski demikian, manajemen SMGR masih meyakini bahwa kinerja keuangan di sepanjang 2018 akan mencatatkan perbaikan. Beberapa hal dipersiapkan untuk memperbaiki kinerja yang tak memuaskan perusahaan di kuartal pertama tahun ini. "Kami akan melakukan transformasi basic cost. Kemudian mengkaji supply chain dan pemasaran," beber Agung.
Ia juga mengatakan SMGR berniat melakukan integrasi ke anak-anak usaha dari hulu hingga hilir. Dengan strategi tersebut, maka manajemen optimistis bisa menghasilkan kinerja yang lebih baik di masa mendatang.
Manajemen SMGR juga tak menutup kemungkinan melakukan rencana pembiayaan kembali (refinancing) utang. Apalagi jika bunga yang ditawarkan lebih rendah dibandingkan bunga saat ini.
Emiten yang memiliki kapitalisasi pasar Rp 57,24 triliun ini meyakini hingga akhir tahun nanti bisa mencatatkan kenaikan produksi sebesar 5% hingga 6%. Di sepanjang tahun lalu, SMGR telah membukukan volume produksi semen mencapai 31 juta ton.
Dengan demikian, SMGR mengharapkan volume produksi pada tahun ini berkisar 32,55 juta ton hingga 32,86 juta ton.
Analis Senior Paramitra Alfa Sekuritas William Siregar menilai, selain isu kelebihan pasokan (over supply), SMGR didera oleh isu terkait kenaikan harga batubara yang mempengaruhi harga pokok penjualannya. Dia merekomendasikan neutral untuk SMGR.
Harga saham SMGR, pada Senin lalu, ditutup naik 2,12% menjadi Rp 9.650 per saham. Namun sejak awal tahun ini, harga saham SMGR menyusut 2,53%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News