Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kenaikan suku bunga Bank Indonesia 7 day reverse repo rate (BI7DRRR) ekonom proyeksikan hanya memberi pengaruh positif pada rupiah hingga akhir bulan ini. Dalam jangka panjang, defisit neraca transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) masih dominan memberi pengaruh negatif pada pergerakan rupiah.
Mengutip Bloomberg, di pasar spot, Kamis (15/11) rupiah tercatat menguat 0,82% ke Rp 14.665 per dollar AS. Sementara, berdasarkan website Bank Indonesia, kurs tengah BI tercatat melemah tipis 0,06% ke Rp 14.755 per dollar AS.
Ekonom Pefindo Fikri C. Permana mengatakan kebijakan moneter BI yang mengutamakan stabilitas di atas pertumbuhan (stability over growth) dengan menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 6% mendorong penguatan rupiah di akhir penutupan perdagangan hari ini. Meski sebenarnya, hari ini rupiah sempat melemah karena Badan Pusat Statistik (BPS) merilis neraca perdagangan defisit cukup dalam di periode Oktober, yaitu US$ 1,82 miliar.
"Dengan menaikkan suku bunga acuan, BI ingin menunjukkan bahwa BI bisa menangani ketakutan pelaku pasar," kata Fikri, Kamis (15/11).
Namun, Fikri menilai penguatan rupiah karena kenaikan suku bunga acuan hanya bisa bertahan hingga akhir bulan ini. Setelah itu, rupiah diproyeksikan kembali bergerak volatil cenderung melemah karena faktor utama yang menjadi perhatian investor khusunya asing adalah CAD.
"Depresiasi rupiah dua hingga tiga minggu lagi masih terbuka lebar," kata Fikri.
Untuk perdagangan, Jumat (16/11) Fikri memproyeksikan rupiah bergerak cenderung terapresiasi di rentang Rp 14.583 per dollar AS hingga Rp 14.783 per dollar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News