Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks saham di Amerika Serikat (AS) kompak melemah pada perdagangan terakhir pekan lalu. Jumat (9/11), Dow Jones Industrial Average turun 0,77%.
Indeks S&P 500 turun 0,92% dna Nasdaq Composite tergerus 1,65%. Meski menutup perdagangan di zona merah, Wall Street masih mencetak kenaikan dalam sepekan terakhir.
Dow Jones masih menguat 2,84% dalam lima hari perdagangan. S&P 500 pun masih melaju hingga 2,13%. Indeks Nasdaq mencetak penurunan terkecil, yakni 0,68%.
Beberapa perusahaan AS mengungkapkan bahwa kenaikan upah akan menurunkan margin. Alhasil, pertumbuhan laba tahun depan akan jauh lebih mini ketimbang prediksi semula.
Emiten-emiten ritel dan restoran yang memiliki banyak pekerja akan menjadi perusahaan yang terkena pengaruh besar atas kenaikan upah. Morgan Stanley mengungkapkan bahwa ada beberapa industri yang bakal terkena dampak kenaikan upah ini, seperti hotel, restoran, ritel, jasa dan peralatan energi, dan jasa IT.
"Tekanan upah meningkat beberapa wakt belakangan, tapi hal ini sangat terlihat pada laporan tenaga kerja bulan Oktober. Jadi ini akan tetap menjadi masalah," kata Kristina Hooper, chief global market strategist Invesco kepada Reuters.
Di satu sisi, kenaikan upah bisa mempercepat laju inflasi di AS. Di sisi lain, kenaikan upah ini akan menekan laba per saham emiten S&P. Data IBES Refinitiv menunjukkan, pertumbuhan laba per saham emiten S&P 500 akan melambat menjadi 9% tahun depan. Angka ini berada jauh di bawah prediksi 24% tahun ini, lonjakan laba per saham yang dipicu pemangkasan pajak.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News