Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rencana Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk mengubah pembobotan indeks, dianggap mampu memberikan dampak negatif pada pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Lihat saja, belum sampai diimplementasikan, rencana tersebut telah menuai respons negatif di bursa saham pada Jumat (8/11). Asal tahu saja, akhir pekan lalu perdagangan saham ditutup koreksi hingga 1,72% ke level 5.874,15.
"Sudah terlihat kan, dampaknya cukup menekan IHSG di akhir pekan kemarin," kata Head of LOTS Service Lotus Andalan Sekuritas Krishna Dwi Setiawan kepada Kontan.co.id, Minggu (11/11).
Sebelumnya, BEI menilai untuk menyempurnakan indeks, otoritas akan memasukkan unsur free float sebagai unsur pengali dari indeks. Nantinya, setiap emiten akan disaring likuiditasnya, baru setelah itu akan akan diberikan bobot sesuai dengan perkalian kapitalisasi pasar dan free float atau persentase jumlah saham publik beredar.
Namun, sebelum itu diterapkan beberapa emiten seperti HMSP, GGRM, UNVR, INDF dan ICBP yang bobotnya akan diturunkan, justru sudah mengalami tekanan indeks lebih dulu. Pada Jumat (8/11) saham HMSP tercatat koreksi hingga 10,29%, disusul GGRM 3,12%, UNVR 4,67%, INDF 3,35%, dan ICBP 2%.
"Penurunan tajam pada saham saham tersebut, yang bobotnya bakal dipangkas, akhirnya menyeret turun saham lainnya. Bahkan, sektor lain yang bobotnya bakal dinaikkan seperti saham perbankan," jelasnya.
Sebagai informasi, sebagian besar saham perbankan BUKU IV kemarin mencatatkan koreksi mulai dari BBRI yang terkoreksi 3,19%, BMRI 3,67% dan BNGA 1,64% sedangkan BBCA ditutup moderat setelah seharian terkoreksi. Sementara, untuk saham BBNI masih sanggup ditutup menguat 1,27%.
Di sisi lain, Kepala Riset BNI Sekuritas Norico Gaman mengungkapkan, penerapan pembobotan indeks perlu disesuaikan dengan perubahan nilai kapitalisasi pasar. Dengan begitu, harapannya upaya tersebut bisa menjadi cerminan dari kondisi pasar terkini.
"Sehingga, pergerakan indeks bisa memberikan gambaran umum kondisi pasar saham yang sebenarnya bagi para investor," ungkap Norico kepada Kontan.co.id.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News