kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Kekhawatiran pasokan jaga tren penguatan tembaga


Kamis, 16 Maret 2017 / 21:16 WIB
Kekhawatiran pasokan jaga tren penguatan tembaga


Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Harga tembaga semakin melonjak di tengah kenaikan suku bunga The Fed. Gangguan produksi tembaga di Chili dan Peru menjaga tren penguatan harga dalam jangka panjang.

Mengutip Bloomberg, Kamis (16/3) pukul 09.40 WIB, harga tembaga kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange menguat 0,7% ke level US$ 5.905 per metrik ton dibanding sehari sebelumnya. Dalam sepekan terakhir, tembaga menanjak 3,8%.

Andri Hadianto, Analis PT Asia Tradepoint Futures mengatakan gangguan pasokan tembaga kemungkinan akan terus berlanjut sehingga mendukung tren penguatan harga dalam jangka panjang.

Kekhawatiran pasokan mulai muncul setelah terjadi aksi mogok para pekerja tambang tembaga milik BHP Billiton di Escondida, Chili. Aksi mogok belum juga berhenti lantaran para pekerja menolak proposal yang ditawarkan perusahaan.

Kini, aksi yang sama juga dilakukan oleh pekerja tambang Peru. Para pekerja tambang tembaga milik Freeport-McMoRan di Cerro Verde, Peru memulai aksi mogok sejak pekan lalu lantaran masalah upah.

Tambang Cerro Verde sendiri menghasilkan 500.000 ton tembaga tahun 2016 sehingga membuat Peru menjadi salah satu negara penghasil tembaga terbesar di dunia.

Di sisi lain, permintaan masih cukup solid dengan dukungan pertumbuhan data ekonomi China. "Permintaan dari industri otomotif terutama kendaraan listrik juga terus meningkat," kata Andri.

Kenaikan harga tembaga tak terbendung oleh pengumuman suku bunga The Fed. Dollar AS justru melemah setelah The Fed mengumumkan kenaikan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 1%. Hal tersebut menambah dukungan pada laju tembaga.

Goldman Sachs melihat, pasokan tembaga global akan mulai menipis dalam beberapa minggu ke depan. Sementara penambahan pasokan akan sulit untuk menggagalkan reli harga. Goldman memberi pandangan bullish pada tembaga dengan target harga di US$ 6.200 per metrik ton dalam tiga bulan ke depan.

Andri melihat, tembaga masih dikelilingi oleh sentimen positif. Peluang koreksi harga akan muncul jika aktivitas industri global melambat. "Namun secara umum, dengan terganggunya pasokan maka potensi penguatan masih sangat terbuka," lanjutnya.

Hingga akhir kuartal kedua, Andri memperkirakan harga tembaga masih bisa mencapai level US$ 6.500 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×