Reporter: Muhammad Julian | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pundi-pundi Low Tuck Kwong di saham PT Bayan Resources Tbk (BYAN) melesat ratusan persen. Dengan harga penutupan saham BYAN di level Rp 21.000 pada Jumat (30/12), nilai aset saham pria yang ditetapkan sebagai orang terkaya di Indonesia versi data Real Time Forbes Billionairess List belum lama ini mencapai Rp 426,56 triliun dari kepemilikan saham langsung di saham perusahaan batubara tersebut.
Berdasarkan data transaksi terakhir tertanggal 23 Desember 2022 yang dilaporkan ke Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 27 Desember 2022, Low Tuck Kwong memiliki saham dengan kepemilikan langsung sebanyak 20.312.695.370 lembar atau setara 60,94% saham BYAN.
Pada penutupan perdagangan tahun 2021 lalu, nilai aset saham dari kepemilikan langsung Low Tuck Kwong di BYAN hanya berjumlah Rp 49,67 triliun.
Pada awal Desember 2022, BYAN melangsungkan stock split dengan rasio 1:10. Dus, harga saham BYAN yang sempat meroket hingga menembus level Rp 90 ribuan dibuka di harga Rp 9 ribuan usai stock split.
Baca Juga: Para Konglomerat Ini Raih Cuan Jumbo dari Investasi di Sektor Batubara
Praktis, jumlah total saham BYAN berikut kepemilikan langsung Low Tuck Kwong di perusahaan batubara tersebut meningkat dengan rasio 1:10, meski harga saham BYAN menjadi sekitar Rp 9 ribuan pada pembukaan perdagangan pertama pasca stock split.
Namun demikian, harga saham BYAN kemudian melonjak signifikan usai stock split dan kembali menembus angka Rp 20.000 per saham, lalu kemudian bertengger di level Rp 21.000 pada penutupan perdagangan Jumat (30/12).
Itulah sebabnya, nilai aset saham Low Tuck Kwong dari kepemilikan langsung di BYAN meroket 758,71% secara tahunan dari semula Rp 49,67 triliun pada 30 Desember 2021 menjadi Rp 426,56 triliun pada 30 Desember 2022.
Selain faktor euforia stock split, pergerakan kinerja saham BYAN boleh jadi juga berkorelasi dengan kinerja fundamental BYAN yang tumbuh di tengah tren kenaikan harga komoditas batubara.
Laporan keuangan interim terkini BYAN menunjukkan, pendapatan BYAN melesat 91,42% dari semula US$ 1,74 miliar pada Januari-September 2021 menjadi US$ 3,34 miliar di Januari-September 2022.
Baca Juga: Kenaikan Harga Komoditas Pengaruhi Lonjakan Kekayaan Low Tuck Kwong
Kenaikan pendapatan tersebut disokong oleh kenaikan harga jual rata-rata alias average selling price (ASP). Asal tahu, ASP BYAN naik dari semula US$ 59,7 per metrik ton (MT) di Januari-September 2021 menjadi US$ 119,4 per MT di Januari-September 2022.
Seturut pendapatan yang menanjak, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk alias laba bersih BYAN meroket 150,25% dari semula US$ 650,32 juta di Januari-September 2021 menjadi US$ 1,62 miliar di Januari-September 2022.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News