Reporter: Krisantus de Rosari Binsasi | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kehadiran moda transportasi publik terintegrasi atau Transit Oriented Development (TOD) termasuk Mass Rapid Transit (MRT) dan koridor rest area di jalan tol belum dilihat sebagai peluang bagi emiten penyedia jasa restoran seperti PT Sentra Food Indonesia Tbk (FOOD) untuk melebarkan bisnisnya.
Presiden Direktur FOOD Agustus Sani Nugroho mengungkapkan, kehadiran MRT belum terlihat dampaknya bagi FOOD. Menurut perkiraannya, kalau pun ada, dampaknya tidak akan langsung, misalnya dengan berkembangnya bisnis restoran maupun hotel di sekitar jalur MRT, mungkin akan dapat memberi dampak pada FOOD.
"Namun perkiraan kami dampaknya, kalau pun ada, tidak akan signifikan," ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (5/4).
Sementara soal tersambungnya jalur tol trans Jawa dari Jakarta hingga Surabaya, Agustus bilang akan membantu mempermudah dan menurunkan biaya pendistribusian barang di kota-kota besar di Pulau Jawa.
"Namun, karena pengoperasian jalan tol ini masih baru, kami belum dapat mengukur dampaknya secara real pada FOOD," tambah dia.
Ia juga mengungkapkan bahwa kontribusi bisnis restoran terhadap omzet nasional FOOD saat ini sebesar 14%. "Untuk tahun ini, tampaknya tetap akan ada pertumbuhan dan kami mengantisipasi adanya penambahan gerai-gerai baru resto. Namun, kami belum dapat memperkirakan apakah hal tersebut memang disebabkan atau terkait dengan transportasi terintegrasi di Jakarta," imbuhnya.
Lalu soal target pertumbuhan kinerja di 2019 ini, Agustus menerangkan bahwa target Pendapatan FOOD diharapkan kurang lebih mencapai Rp 150 miliar atau diharapkan mengalami kenaikan sekitar 23%.
"FOOD melalui anak perusahaannya melihat masih besarnya potensi pasar yang masih dapat dikembangkan. Oleh karena itu, di tahun 2019 ini FOOD akan tetap fokus dalam mengembangkan pasar dan juga mengembangkan produk-produk yang dapat diterima pasar," papar dia.
Ia pun pernah menyebutkan bahwa untuk laba bersih ditargetkan di kisaran Rp 4 miliar hingga Rp 5 miliar atau naik 168% hingga 235% dengan keyakinan bahwa peluang penjualan di pasar domestik masih besar.
Agustus pun melanjutkan bahwa peluang yang bakal ditangkap FOOD di tahun ini adalah dari sektor retail maupun sektor horeka yang masih terbuka lebar. Sementara, tantangan yang mungkin dihadapi FOOD adalah kompetisi yang selalu ada di industri makanan olahan ini.
"Kita berharap di tahun 2019 yang merupakan tahun politik tidak berdampak negatif terhadap pasar. Strategi kami adalah tetap fokus dalam menjaga kualitas produk, melakukan pengembangan produk baru dan terus menggali peluang pasar," imbuhnya.
Maka, Agustus menjelaskan bahwa fokus bisnis FOOD di tahun 2019 masih fokus di pengolahan aneka daging olahan. Sementara soal alokasi belanja modal (capex) di 2019, ia bilang, saat ini FOOD belum ada rencana dalam penambahan capex baru.
Lalu soal realisasi dana hasil IPO yang sebesar Rp 20,25 miliar, Anti mengungkapkan bahwa seluruh dana hasil IPO yang diterima sudah digunakan untuk penambahan modal kerja.
"Sudah diserap seluruhnya untuk membeli bahan baku dan bahan pembantu untuk kegiatan operasional KFI," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News