kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.692.000   25.000   1,50%
  • USD/IDR 16.404   -24,00   -0,15%
  • IDX 6.532   -116,15   -1,75%
  • KOMPAS100 968   -17,27   -1,75%
  • LQ45 762   -11,18   -1,45%
  • ISSI 199   -3,66   -1,81%
  • IDX30 395   -4,89   -1,23%
  • IDXHIDIV20 474   -4,27   -0,89%
  • IDX80 110   -1,83   -1,63%
  • IDXV30 116   -0,89   -0,76%
  • IDXQ30 131   -1,54   -1,17%

Kebijakan Tarif Trump Telah Menekan Rupiah


Selasa, 11 Februari 2025 / 21:56 WIB
Kebijakan Tarif Trump Telah Menekan Rupiah
ILUSTRASI. Petugas menjunjukkan uang pecahan dolar AS dan rupiah di gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Jumat (2/1/2025). Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Jumat ditutup menguat 1 poin atau 0,01 persen menjadi Rp16.197 per dolar AS didorong oleh intervensi Bank Indonesia (BI) di pasar valuta asing (valas). ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/foc.


Reporter: Melysa Anggreni | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Rupiah melanjutkan pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di perdagangan Selasa (11/2). Pelemahan mata uang garuda dilatarbelakangi oleh kekhawatiran akan kebijakan tarif Trump.

Berdasarkan data Bloomberg, Selasa (11/2), rupiah spot ditutup di posisi Rp 16.384 per dolar AS, melemah 0,16% dari posisi kemarin. Senada, rupiah di Jisdor Bank Indonesia (BI) terpantau turun 0,18% secara harian ke posisi Rp 16.380 per dolar AS.

Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede menjelaskan bahwa pelemahan rupiah tidak terlepas dari kekhawatiran kebijakan tarif Presiden AS, Donald Trump. Terkhusus pada peraturan pengenaan tarif pajak baja dan aluminium sebesar 25% mulai 12 Maret mendatang.

Baca Juga: Kompak, Rupiah Jisdor Melemah 0,18% ke Rp 16.380 Per Dolar AS pada Selasa (11/2)

Trump mengenakan tarif 25% kepada semua negara, dan mencabut aturan pengecualian bagi sebagian besar mitra dagang AS. Pengenaan tarif ini menandakan awal kebijakan tarif yang agresif dari Donald Trump.

“Fenomena ini mendorong sentimen risk-off di pasar keuangan global,” ujar Josua saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (12/2).

Sejalan dengan itu, Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong melihat, rupiah masih tertekan kekhawatiran seputar kebijakan tarif Trump. Sentimen risk-off di pasar ekuitas domestik juga menekan nilai tukar.

Survey indeks kepercayaan konsumen Indonesia yang turun dan lebih rendah dari perkiraan ikut membebani rupiah. Hasil Survei Konsumen Bank Indonesia, menunjukkan bahwa Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Januari 2025 tercatat 127,2 atau turun 0,5 poin dibandingkan Desember 2024 sebesar 127,7.

Menurut Lukman, rupiah kemungkinan masih melanjutkan pelemahan di hari Rabu (12/2). Terlebih, investor mengantisipasi pidato Powell malam ini yang diperkirakan bernada hawkish.

Baca Juga: Rupiah Diprediksi Lanjut Melemah pada Selasa (11/2), Cermati Sentimen Pemicunya

Dari data ekonomi, penjualan ritel Indonesia akan dirilis siang besok diperkirakan akan tumbuh lebih tinggi sekitar 3.7% dibandingkan 0.9% sebelumnya. Sentimen ini bisa mendukung apresiasi rupiah.

‘’Namun terlepas dari itu, rupiah sama halnya seperti mata uang lainnya yang umumnya masih tertekan oleh kekhawatiran seputar tarif Trump,’’ kata Lukman kepada Kontan.co.id, Selasa (11/2).

Sementara itu, Josua memperkirakan, Rupiah berpotensi menguat terbatas di perdagangan besok. Proyeksi ini sejalan dengan perkiraan meredanya sentimen perang dagang dan antisipasi investor terhadap rilis data inflasi AS pada Kamis malam.

Dalam analisisnya, Josua memperkirakan rupiah akan bergerak di kisaran Rp 16.300 -Rp 16.400 per Dolar AS. Sedangkan, Lukman mencermati bahwa perkiraan rupiah akan kembali melemah pada rentang angka Rp16.300 – Rp16.450 per dolar AS.

Baca Juga: Rupiah Spot Ditutup Melemah 0,16% ke Rp 16.384 Per Dolar AS, Selasa (11/2)

Selanjutnya: BBRI Terbanyak, Cek Net Buy Terbesar Asing pada Perdagangan Selasa (11/2)

Menarik Dibaca: Matcha dan 4 Minuman untuk Mencegah Jerawat, Tertarik Coba?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Mastering Finance for Non Finance Entering the Realm of Private Equity

[X]
×