Reporter: Achmad Jatnika | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah mencatatkan penawaran Rp 80,66 triliun pada lelang Surat Utang Negara (SUN) yang digelar melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, Selasa (14/9).
Jumlah ini lebih kecil dibandingkan lelang SUN yang digelar sebelumnya, pada Selasa (31/8) dua minggu lalu, di mana penawaran yang masuk mencapai Rp 116,10 triliun yang merupakan rekor tertinggi sepanjang tahun ini.
Head of Fixed Income Sucorinvest Asset Management Dimas Yusuf menilai investor kembali ke posisi wait and see. Ia melihat, setelah pengumuman The Fed akan mulai tapering di tahun ini, investor masih menunggu petunjuk teknisnya, seperti kapan, berapa besar, dan berapa lama tapering ini akan dilakukan.
Selain itu, dalam pandangannya, investor juga masih bagaimana panduan mengenai suku bunga acuan lainnya, setelah tapering selesai. “Dan sangat banyak yang ekspek, para ekonom dan para investor ekspek hal tersebut dari hasil FOMC meeting tanggal 21-22 September nanti, “ kata Dimas kepada Kontan, Selasa (14/9).
Baca Juga: Lelang SUN catatkan penawaran Rp 80,66 triliun, ini penjelasan Kemenkeu
Sehingga, ia melihat, sambil menunggu pertemuan dilaksanakan, sebagian investor khawatir untuk salah mengambil posisi, sehingga dari awal Dimas perkirakan hasil lelang akan turun, walaupun pandangannya sedikit meleset, karena turunnya terlalu dalam.
Dari sisi domestik, ia mengamati, bahwa tidak ada katalis positif yang membayangi. Katalis positif terakhir menurutnya datang dari pengumuman Surat Keputusan Bersama (SKB) III antara Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia (BI).
Akan tetapi, dari hasil lelang ini, Dimas melihat sisi positif datang dari yield rata-rata tertimbang yang masih sangat kompetitif, semuanya turun, bahkan untuk tenor 10 tahun berada di bawah 6%. “Itu menunjukkan bahwa investor masih pede dengan kondisi Indonesia, hanya saja timing-nya masih kurang pas, untuk full power,” jelas Dimas.
Dalam lelang SUN kali ini, seri FR0090 yang akan jatuh tempo pada 15 April 2027 menjadi seri yang paling banyak diburu investor dengan jumlah penawaran masuk hingga Rp 21,69 triliun.
Baca Juga: Investor wait and see, penawaran di lelang SUN pekan ini turun
Dimas melihat, hal tersebut menggambarkan bahwa, investor masih wait and see. Menurutnya investor masih cenderung defensif, karena biasanya penawaran paling banyak masuk di tenor 10 tahun. Dimas juga menambahkan, kalau ini berkaitan dengan yield Indonesia tenor 5 tahun yang sedang turun.
Sampai akhir tahun, ia melihat yield Indonesia tenor 10 tahun kecenderungan akan meningkat, karena katalis positif cukup terbatas yang mungkin bisa disampaikan, baik secara domestik, maupun global yang mungkin akan terjadi.
“Justru kebanyakan mungkin ada risknya, mungkin tapering tidak sesuai dengan ekspektasi market, atau market masih agak shock di awal pengurangan stimulus, dan itu most likely akan terjadi sampai akhir tahun, sehingga yield akan naik, seharusnya cukup terbatas karena secara fundamental Indonesia masih sangat kuat,” pungkas Dimas.
Kalaupun ada kenaikan yield, Dimas menaksir, perlu ada kenaikan yield di AS terlebih dahulu. Dimas perkirakan yield obligasi Indonesia tenor 10 tahun berada di angka 6,20%-6,30%.
Selanjutnya: Penawaran masuk dalam lelang SUN Selasa (14/9) capai Rp 80,66 triliun
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News