Reporter: Namira Daufina | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Keputusan salah satu produsen aluminium untuk memangkas produksinya yang datang seiringan dengan pernyataan dovish dari pernyataan Janet Yellen, Gubernur The Fed jadi amunisi bagi harga aluminium untuk menanjak.
Mengutip Bloomberg, Kamis (11/2) pukul 14.11 WIB harga aluminium kontrak pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange melesat 0,91% ke level US$ 1.493,50 per metrik ton dibanding hari sebelumnya. Namun dalam sepekan terakhir harga ini sudah tergerus 2,67%.
Berdasarkan analisa Ibrahim, Direktur PT Garuda Berjangka dalam pekan ini memang pergerakan harga aluminium cenderung fluktuatif. Sebabnya pengaruh USD memang cukup besar.
Tapi dengan pelemahan yang terjadi pada USD akibat pernyataan Yellen yang dovish Rabu (10/2) malam dan diprediksi masih akan sama pada Kamis (11/2), harga aluminium pun bisa memanfaatkan kesempatan untuk naik.
“Penuh ketidakpastian dan antisipasi di pasar global saat ini,” kata Ibrahim. Peluang pergerakan wait and see pasar ini menguntungkan harga komoditas. Pasalnya selain menanti pidato lanjutan dari Yellen, pasar juga menanti pernyataan outlook ekonomi lanjutan dalam pertemuan zona Eropa yang sedang berjalan.
Di sisi lain, kenaikan harga aluminium cukup signifikan setelah salah satu produsen tambang aluminium terbesar di Rusia, United Rusal Co menyatakan akan memangkas produksinya. Hal ini dilakukan untuk menopang harga aluminium yang dinilai sudah terlampau rendah.
Salah satu cara pemangkasan produksi yang dilakukan Rusal adalah dengan tidak menyalakan kembali mesin yang sudah berhenti beroperasi sejak 2013. Serta ditambah dengan pemangkasan produksi secara total sebesar 200.000 metrik ton di 2016 ini.
“Tentunya kalau terjadi defisit pasokan, ada peluang harga aluminium untuk terangkat,” kata Ibrahim.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News