Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Harga aluminium memudar seiring dengan prospek perlambatan ekonomi China dan harga minyak yang terus melemah.
Mengutip Bloomberg, Rabu (20/1) pukul 12.36 WIB harga aluminium kontrak pengirima tiga bulan di London Metal Exchange tergerus 0,4% ke level US$ 1.475 per metrik ton. Sepekan terakhir aluminium menguat 0,88%.
Pengamat Komoditas, Andri Hardianto mengatakan, tahun 2016 merupakan masa konsolidasi bagi harga komoditas termasuk aluminium. "Harga aluminium akan mencoba mencari keseimbangan baru," paparnya.
Namun, jika melihat kondisi ekonomi terutama di China, Andri memprediksi harga aluminium akan penuh tekanan dalam jangka pendek. Apalagi, Dana Moneter Internasional (IMF) memprediksi outlook ekonomi global hanya tumbuh 3,4% tahun ini.
Tekanan lain datang dari harga minyak dunia yang saat ini bergerak di bawah US$ 30 per barel. Imbasnya, saham perusahaan energi jatuh, demikian pula dengan saham perusahaan tambang aluminium.
"Manurut saya sampai kuartal kedua tahun ini harga komoditas akan bergerak dalam bayangan perlambatan ekonomi China dan global serta jatuhnya harga minyak," lanjut Andri.
Hingga kuartal II-2016 Andri memperkirakan harga aluminium akan bergerak di kisaran US$ 1.400 per metrik ton.
Analis Bloomberg, Kenneth Hoffman menyatakan, pergerakan harga aluminium terus melemah meski stok menurun. Saat ini cadangan aluminium telah anjlok hingga 5 juta metrik ton dibanding 7,5 juta metrik ton pada bulan April 2014. Padahal, secara historis, penurunan cadangan menjadi tolak ukur adanya kenaikan permintaan dan harga aluminium.
Andri mengatakan, pergerakan harga aluminium di menjelang akhir tahun akan tergantung pada kebijakan ekonomi pemerintah China. Pasalnya, China merupakan produsen sekaligus konsumen aluminium terbesar di dunia.
Di sisi lain, isu kenaikan suku bunga The Fed juga akan membayangi pergerakan harga. Jika ekonomi China belum membaik, Andri menduga aluminium akan tergerus hingga US$ 1.300 - US$ 1.350 per metrik ton.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News