kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.528.000   2.000   0,13%
  • USD/IDR 16.140   100,00   0,62%
  • IDX 7.080   43,33   0,62%
  • KOMPAS100 1.058   7,20   0,69%
  • LQ45 827   1,51   0,18%
  • ISSI 216   1,79   0,84%
  • IDX30 423   0,27   0,06%
  • IDXHIDIV20 512   -2,14   -0,42%
  • IDX80 120   0,73   0,61%
  • IDXV30 126   0,70   0,56%
  • IDXQ30 142   -0,50   -0,35%

Perlambatan ekonomi China memudarkan aluminium


Rabu, 20 Januari 2016 / 20:21 WIB
Perlambatan ekonomi China memudarkan aluminium


Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Harga aluminium memudar seiring dengan prospek perlambatan ekonomi China dan harga minyak yang terus melemah.

Mengutip Bloomberg, Rabu (20/1) pukul 12.36 WIB harga aluminium kontrak pengirima tiga bulan di London Metal Exchange tergerus 0,4% ke level US$ 1.475 per metrik ton. Sepekan terakhir aluminium menguat 0,88%.

Pengamat Komoditas, Andri Hardianto mengatakan, tahun 2016 merupakan masa konsolidasi bagi harga komoditas termasuk aluminium. "Harga aluminium akan mencoba mencari keseimbangan baru," paparnya.

Namun, jika melihat kondisi ekonomi terutama di China, Andri memprediksi harga aluminium akan penuh tekanan dalam jangka pendek. Apalagi, Dana Moneter Internasional (IMF) memprediksi outlook ekonomi global hanya tumbuh 3,4% tahun ini.

Tekanan lain datang dari harga minyak dunia yang saat ini bergerak di bawah US$ 30 per barel. Imbasnya, saham perusahaan energi jatuh, demikian pula dengan saham perusahaan tambang aluminium.

"Manurut saya sampai kuartal kedua tahun ini harga komoditas akan bergerak dalam bayangan perlambatan ekonomi China dan global serta jatuhnya harga minyak," lanjut Andri.

Hingga kuartal II-2016 Andri memperkirakan harga aluminium akan bergerak di kisaran US$ 1.400 per metrik ton.

Analis Bloomberg, Kenneth Hoffman menyatakan, pergerakan harga aluminium terus melemah meski stok menurun. Saat ini cadangan aluminium telah anjlok hingga 5 juta metrik ton dibanding 7,5 juta metrik ton pada bulan April 2014. Padahal, secara historis, penurunan cadangan menjadi tolak ukur adanya kenaikan permintaan dan harga aluminium.

Andri mengatakan, pergerakan harga aluminium di menjelang akhir tahun akan tergantung pada kebijakan ekonomi pemerintah China. Pasalnya, China merupakan produsen sekaligus konsumen aluminium terbesar di dunia.

Di sisi lain, isu kenaikan suku bunga The Fed juga akan membayangi pergerakan harga. Jika ekonomi China belum membaik, Andri menduga aluminium akan tergerus hingga US$ 1.300 - US$ 1.350 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×