kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   6.000   0,39%
  • USD/IDR 16.200   -65,00   -0,40%
  • IDX 7.080   -2,93   -0,04%
  • KOMPAS100 1.048   -3,07   -0,29%
  • LQ45 822   1,36   0,17%
  • ISSI 211   -2,01   -0,94%
  • IDX30 422   2,45   0,58%
  • IDXHIDIV20 505   4,21   0,84%
  • IDX80 120   -0,32   -0,26%
  • IDXV30 123   -1,69   -1,35%
  • IDXQ30 140   1,02   0,74%

Kata Bos Adaro (AADI) Soal Nasib Batubara dan Hubungan dengan Alamtri (ADRO)


Kamis, 05 Desember 2024 / 15:49 WIB
Kata Bos Adaro (AADI) Soal Nasib Batubara dan Hubungan dengan Alamtri (ADRO)
Pencatatan perdana saham PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Kamis (5/12/2024). (KONTAN/Ridwan Mulyana)


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) resmi mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (5/12).  Emiten yang bergerak di bisnis pertambangan batubara dan ekosistem pendukungnya ini optimistis bisa mencapai kinerja apik usai melantai di bursa saham.

Direktur Utama Adaro Andalan, Julius Aslan, meyakini kinerja AADI masih bisa terdongkrak oleh prospek batubara yang tetap atraktif pada tahun 2025. Sebab, kebutuhan terhadap komoditas batubara masih tinggi, khususnya di kawasan Asia dan Asia Tenggara sebagai pasar utama dari Adaro.

Adapun, AADI memasarkan batubaranya ke sektor pembangkit listrik dan industri termasuk pengolahan logam dan semen. Pasar utamanya adalah Indonesia, China, India, dan Asia Tenggara. Julius menyebut beberapa negara dengan pasar ekspor potensial yang menjadi fokus AADI.

Baca Juga: Adaro Andalan (AADI) ARA Usai Melantai di Bursa, Harga Melonjak 19,82%

Meliputi China, India, Jepang, Filipina, Malaysia dan Thailand. "Semuanya masih oke. Harga batubara sekarang sebetulnya masih cukup tinggi. Ke depan menurut saya masih atraktif, terutama karena pasar di Asia cukup baik," terang Julius selepas seremoni pencatatan saham AADI, Kamis (5/12).

 

Meski begitu, Julius memberikan sejumlah catatan. Pertama, bisnis batubara bersifat siklikal. Artinya, tergantung pada siklus dan akan sangat terpengaruh oleh kondisi ekonomi global. Pada umumnya, harga batubara akan melejit ketika ekonomi melonjak, dan akan terjun saat ekonomi turun.

Julius menyoroti, dalam lima tahun terakhir harga batubara bergerak dinamis. Pernah menembus rekor tertinggi (all time high) di atas US$ 400 per ton pada tahun 2022. Sebaliknya, sempat ke titik terendah di bawah US$ 50 pada tahun 2020, saat pandemi covid-19 merebak.

Harga batubara termal Indonesia dengan nilai kalori 5.000 GAR pun sempat berada di titik terendah US$ 35 per ton pada tahun 2020. Sementara titik tertinggi ada di atas US$ 200 per ton pada tahun 2022.

Baca Juga: Susul Adaro Andalan (AADI), Ada Dua Perusahaan Lighthouse Jumbo yang Bakal IPO

"Kondisi itu tentunya tidak bisa kami kendalikan. Oleh karena itu kami akan fokus pada hal-hal yang bisa kami kendalikan, yaitu pencapaian operasional dengan meningkatkan produktivitas dan efisiensi, sehingga bisa mendapatkan margin laba yang baik," jelas Julius.

Kedua, faktor geo-politik. Dalam hal ini, Julius menyoroti terpilihnya Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat (AS), serta potensi perang dagang antara AS dan China. Julius berharap situasi ini tidak mengganggu ekonomi global, terutama pasar China yang merupakan penggerak komoditas dunia.

Julius yakin, pada akhirnya AS dan China akan menemukan titik keseimbangan (equilibrium) untuk mengakomodasi kepentingan masing-masing. "Saling membutuhkan, tidak mungkin saling menghancurkan. Jadi pada dasarnya pasti dilihat titik di mana keduanya saling menguntungkan," kata Julius.

Baca Juga: Adaro Andalan (AADI) Listing Hari ini (5/12), Ada Komitmen dari Boy Thohir

Dengan berbagai dinamika makro-ekonomi dan geo-politik tersebut, Julius memastikan AADI akan menjaga biaya (cost) supaya tetap rendah. Sebab, dalam bisnis batubara thermal, dia menegaskan manajemen cost menjadi kunci untuk bisa bertahan (survive).

"Jadi kalau cost-nya rendah, tentu pada harga berapa pun kami masih bisa survive. Seperti waktu itu (harga batubara) pernah di bawah US$ 50 per ton, tetapi Adaro masih bisa survive. Maka kami ingin menjadi the most efficient mining company," tandas Julius.

Relasi dengan Alamtri (ADRO)

Adapun, dalam penawaran umum saham perdana alias Initial Public Offering (IPO) ini, AADI melepas sebanyak 778.689.200 (778,68 juta) saham yang mewakili 10% dari modal ditempatkan dan disetor. Dengan harga penawaran sebesar Rp 5.550 per saham, AADI mengantongi dana segar Rp 4,32 triliun.

Dari dana tersebut, sebanyak 37,23% akan digunakan untuk keperluan pemberian pinjaman oleh AADI kepada anak perusahaannya, PT Maritim Barito Perkasa (MBP). Lalu, MBP akan memakai dana itu untuk kegiatan investasi dan kegiatan korporasi lainnya, yang dapat mendukung peningkatan aktivitas operasional.

Baca Juga: Bagi Dividen Rp 1.358 & PUPS AADI, Alamtri (ADRO) Bangkit Usai Dua Kali ARB

Kemudian, sebanyak 14,89% akan digunakan oleh AADI untuk pembayaran kembali atas sebagian pinjaman kepada PT Adaro Indonesia. Sisanya akan digunakan AADI untuk pembayaran kembali kepada PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO) atas sebagian pokok pinjaman.

"Jadi sebagian akan dipakai untuk usaha di salah satu unit, MBP. Untuk investasi, capex, pembelian alat berat, floating crane dan sebagainya. Sebagian untuk pelunasan utang," terang Julius.

Seperti diketahui, IPO AADI merupakan bagian dari pelepasan unit bisnis batubara termal oleh ADRO. Setelah IPO AADI ini, ADRO akan menggelar Penawaran Umum oleh Pemegang Saham (PUPS) sebagai lanjutan dari proses divestasi.

Meski nanti sudah lepas dari ADRO, tapi Julius memastikan AADI masih memiliki sinergi. Terutama dari sisi penggunaan energi yang lebih bersih, yang akan menjadi fokus bisnis ADRO. "Kalau bicara sinergi, Alamtri (ADRO) kan masuk ke bisnis-bisnis hijau. Adaro (AADI) akan memakai energi hijau ke depannya," sambung Julius. 

Baca Juga: Saham IPO AADI Dinilai Undervalued, Bahkan Lebih Murah dari Sektoral, ADRO dan ADMR

Julius yakin, pemisahan ADRO dan AADI akan menguntungkan keduanya. Dengan memisahkan AADI yang fokus pada bisnis batubara thermal, ADRO akan memiliki alternatif pendanaan yang tidak terbatas untuk mengembangkan bisnisnya.

"Tujuan pemisahan kan supaya dua-duanya (ADRO dan AADI) bisa berkembang. Dengan pendanaan yang tidak terbatas, tentu growth (ADRO) akan lebih besar. Kalau AADI growth-nya sesuai dengan produktivitas dan efisiensi," tandas Julius.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×