kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Kans penerbitan sukuk pemerintah ketika rupiah melemah


Rabu, 05 September 2018 / 20:28 WIB
Kans penerbitan sukuk pemerintah ketika rupiah melemah
ILUSTRASI. Pasar Modal


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelemahan nilai tukar rupiah analis memproyeksikan tidak mengganggu pertumbuhan penerbitan sukuk korporasi. Bahkan, jumlah penerbitan sukuk korporasi diperkirakan stabil hingga akhir tahun.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan, per Juli 2018 secara kumulatif sejak awal tahun jumlah penerbitan sukuk Rp 4,54 triliun. Angka ini tumbuh 4,17% dibanding periode yang sama tahun lalu.

Lembaga Pemeringkat Internasional Moody's memprediksikan penerbitan sukuk secara global akan stabil di hingga akhir tahun ini melanjutkan pertumbuhan yang cukup pesat di tahun sebelumnya yang naik 17%. Volume penerbitan sukuk Moody's prediksikan mencapai US$ 90 miliar hingga US$ 100 miliar yang didukung penerbitan dari perusahaan di Indonesia dan Malaysia.

Meski rupiah melemah penerbitan sukuk masih bisa ramai karena permintaan akan sukuk masih besar di pasar obligasi. Mengingat,

Pasokan sukuk korporasi maupun sukuk negara masih lebih sedikit dibanding dengan obligasi konvensional. Sementara, industri keuangan syariah juga terus berkembang.

I Made Adi Saputra Analis Fixed Income MNC Sekuritas mengatakan penerbitan sukuk selalu dalam tren naik karena permintaan dari industri keuangan syariah juga meningkat.

"Permintaan atas instrumennya yang mendorong penerbitan sukuk tetap tumbuh, adanya kelangkaan pasokan juga dimanfaatkan emiten untuk bisa menyerap permintaan yang ada," kata Made, Rabu (5/9).

Sedangkan, di tengah kondisi pelemahan rupiah pada obligasi konvensional yang pasokannya cukup banjir di pasar obligasi, investor jadi cenderung wait and see dalam membeli obligasi konvensional. Tentunya, karena juga khawatir pada risiko penurunan harga baik karena rupiah melemah maupun bajirnya pasokan. Hal ini berbeda dengan instrumen syariah yang memang sejak awal pasokan sedikit dan selalu mendapat permintaan dari investor.

"Jika ada emiten yang rilis obligasi konvensional sebesar Rp 2 triliun biasanya emiten hanya akan menerbitkan sukuk di Rp 100 miliar hingga Rp 200 miliar saja, komposisi nilai penerbitan sukuk selalu lebih kecil dari pada obligasi konvensional," kata Rio Ariansyah, Senior Vice President Recapital Asset Management.

Penerbitan sukuk korporasi Rio proyeksikan akan tetap gencar di tahun ini karena emiten memanfaatkan tingkat suku bunga Bank Indonesia 7 Days Reverse Repo Rate (BI7DRRR) yang masih berada di 5,25%. Rio memproyeksikan hingga akhir tahun suku bunga BI7DRRR bisa naik ke 6,5%. Tentunya, semua emiten tidak ingin memiliki kewajiban pembayaran kupon pada calon nasabah yang semakin tinggi.

"Kalau tidak kejar dari sekarang, potensi kewajiban bayar bunga lebih besar," kata Rio.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×