kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Kalbe Farma (KLBF) menyiapkan cadangan dolar hingga US$ 60 juta


Minggu, 17 Mei 2020 / 10:16 WIB
Kalbe Farma (KLBF) menyiapkan cadangan dolar hingga US$ 60 juta
ILUSTRASI. Kas dalam dolar AS merupakan sarana lindung nilai atawa hedging bagi Kalbe Farma (KLBF).


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) selalu menyiapkan kas dalam mata uang dolar Amerika Serikat (AS). Ini merupakan sarana lindung nilai atawa hedging bagi emiten farmasi tersebut.

"Kebijakan kami selalu menyisihkan cadangan US$ 50 juta hingga US$ 60 juta," ujar Direktur Utama KLBF Vidjongtius kepada Kontan.co.id belum lama ini.

Secara berkala, KLBF membeli dollar AS di bank. Nilainya disesuaikan dengan biaya impor bahan baku yang sudah dilakukan pada periode sebelumnya. "Sehingga, saldo cadangan dolar AS tetap terjaga," imbuh Vidjongtius.

Baca Juga: Kalbe Farma (KLBF) dan Indofarma (INAF) Bersaing di Bisnis Alat Kesehatan

Dia menambahkan, pihaknya belum berencana menambah saldo kas dalam dolar AS untuk tahun ini. Besaran yang sudah disiapkan dinilai masih cukup untuk menghadapi fluktuasi kurs. "Industri masih bisa menanggulanginya selama depresiasi dalam range normal," terang Vidjongtius.

Memang, jika menilik kinerja keuangan kuartal pertama kemarin, KLBF masih bisa berkelit dari dampak depresiasi rupiah terhadap dolar AS. Pada periode tersebut, margin laba kotor KLBF sebesar 45,16%, hanya turun tipis dibanding kuartal pertama 2019 sebesar 46,55%. Artinya, tidak ada lonjakan beban pokok akibat depresiasi rupiah seperti yang sempat menjadi isu beberapa waktu lalu.

Potensi tekanan kurs muncul lantaran selama ini emiten farmasi masih mengimpor mayoritas bahan bakunya, terutama untuk produksi obat. Hal ini berpotensi menekan kinerja keuangan ketika rupiah melemah.

Beban pokok KLBF secara tahunan memang meningkat 10%. Namun, beban bahan baku KLBF secara konsolidasi justru turun 5,69% menjadi Rp 1,19 triliun kuartal pertama kemarin. "Margin yang lebih rendah ada di divisi distribusi dan logistik," ujar Vidjongtius kepada Kontan.co.id belum lama ini.

Baca Juga: Industri manufaktur atur ulang alokasi capex tahun ini akibat wabah virus corona

Beban pokok pada divisi tersebut memang naik 18,71% menjadi Rp 1,36 triliun. Kenaikan ini membuat laba kotor divisi distribusi dan logistik turun 0,03% menjadi Rp 435,88 miliar.

Sedangkan beban pokok di divisi obat resep naik 0,6%. Namun, dengan penjualan yang meningkat 5%, laba kotor KLBF dari divisi ini masih naik 4,8% menjadi Rp 754,37 miliar.

Masih berbicara soal gross margin yang mencerminkan kondisi bisnis secara riil. Secara kuartalan, gross margin KLBF kuartal pertama kemarin justru lebih tinggi dibanding kuartal IV-2019. "Ini terjadi karena setiap kuartal selalu terjadi perubahan penjualan produk dari empat divisi yang kami miliki," terang Vidjongtius.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×