Sumber: TribunNews.com | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) memberikan kado akhir tahun yang menggembirakan bagi pemegang sahamnya.
Data dari Bloomberg menunjukkan emiten dengan kode saham TLKM ini menutup 2015 dengan nilai kapitalisasi pasar atau market capitalization (market cap) menembus angka Rp 312,98 triliun pada penutupan perdagangan saham Rabu (30/12).
Masih dari data Bloomberg, pada Rabu (30/12) harga saham Telkom ditutup Rp 3.105 per lembar naik tipis dari posisi pembukaan hari itu Rp 3.100 per lembar dengan 40.956.100 saham yang diperdagangkan.
Saham Telkom pun selama 2015 menjadi satu-satunya Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang masuk dalam daftar top leader di pasar saham.
Sementara lima BUMN lainnya justru terperosok sebagai top looser yakni PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Semen Gresik Tbk (SMGR), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dan PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA).3
Berdasarkan data Bloomberg, Selasa (29/12), sepanjang tahun ini saham PTBA anjlok paling dalam mencapai 63,12%, lalu diikuti PGAS dengan penurunan sebesar 54,17 %, dan SMGR turun 31,17%. BBRI merosot 15,55 % dan BBNI sebesar 18,03%. Sementara TLKM naik 8,03%.
Market cap sendiri biasanya menunjukkan nilai dari satu perusahaan yang ditunjukkan dengan harga saham dikali jumlah saham beredar di bursa.
“Ini menunjukkan kepercayaan investor meningkat karena makro ekonomi membaik dan kinerja perusahaan menjanjikan,” kata Direktur Utama Telkom Alex J Sinaga di Jakarta, Kamis (31/12).
Diharapkannya, pada 2016 kinerja Telkom terus bertumbuh agar bisa membayar kepercayaan yang diberikan oleh pemegang saham. “Tahun depan kita terus berusaha lebih baik,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala Riset Koneksi Capital Alfred Nainggolan memprediksi sektor telekomunikasi masih akan positif karena kebutuhan akan layanan tersebut masih akan sangat besar terutama dengan adanya inovasi pengembangan jaringan 4G. "Prediksinya pertumbuhan Telkom tahun depan akan moderat sekitar 10%," kata Alfred.
Sedangkan, Managing Director Lembaga Management Universitas Indonesia Toto Pranoto memprediksi dari 24 sektor yang digeluti BUMN, industri telekomunikasi menjadi sektor yang dinilai memiliki daya saing lebih tinggi kala pasar bebas ASEAN dibuka. “Telkom cukup mampu bersaing dengan BUMN di Malaysia dan Singapura,” ungkapnya.
Dalam kalkulasinya, pada 2014, Telkom mencetak profit margin 24,21%. Angka ini cukup bersaing dibandingkan dengan Axiata (Malaysia) yang mencetak profit margin 16,64%, dan Telekom Malaysia dengan profit margin sebesar 9,84%.
Penciptaan laba Telkom hanya sedikit lebih rendah dari Singtel (Singapura) yang berhasil mencetak profit margin 25,81 %. Pada 2014, aset Telkom sekitar US$ 11,32 miliar dengan total pelanggan mencapai lebih dari 140 juta pelanggan.
Saat ini sekitar 56% saham Telkom dimiliki negara. Angka ini lebih tinggi dibandingkan kepemilikan saham pemerintah Singapura di Singtel (52%), serta pemerintah Malaysia di Axiata (38,7%) dan Telekom Malaysia (28,9%). (Sanusi)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News