Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Isu kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat, Fed rate tak mempengaruhi kebijakan investasi manajer investasi. Salah satunya, Bahana TCW Investment Management yang mempertahankan strategi dalam mengelola reksadana Bahana Sukuk Syariah.
Direktur Bahana TCW Investment Management Soni Wibowo mengatakan tetap menggenggam obligasi syariah atau sukuk berdurasi panjang sebagai aset dasar produk tersebut. Dia optimistis kenaikan Fed rata tak akan berdampak signifikan terhadap pasar obligasi. "Hanya volatilitas di pasar perlu dicermati," ujar Soni, Jakarta, Rabu (26/10).
Soni mengaku, perusahaan mengincar sukuk pemerintah. Strategi tersebut diterapkan lantaran masih minimnya instrumen sukuk di pasar.
Menilik fund factsheet Maret 2016, produk ini mengalokasikan 100% aset pada obligasi. Sejatinya, Bahana Sukuk Syariah leluasa menempatkan 80%-100% pada efek bersifat utang dan maksimum 20% pada instrumen pasar uang.
Berdasarkan alokasi sektor, reksadana menempatkan pada pemerintah sekitar 91%, infrastruktur, utilitas dan transportasi sekitar 5%, serta properti dan real estate sekitar 2%. Kemudian, sektor keuangan sekitar 2%.
Mayoritas efek dalam portfolio merupakan sukuk pemerintah sebesar 91%, sukuk Indosat sebesar 4%, dan sukuk Summarecon Agung sekitar 2%. Lalu, sukuk Bank Internasional Indonesia sekitar 2% dan sukuk Indosat sekitar 1%.
Reksadana membagikan return 14,10% dalam satu tahun terakhir per 25 Oktober 2016. Return tersebut mengungguli rata-rata kinerja reksadana pendapatan tetap pada periode yang sama sebesar 11,50%.
Investor bisa masuk dengan minimal investasi Rp 100.000. Produk ini mengutip biaya pembelian maksimal 2%, biaya penjualan kembali maksimal 1%, biaya manajer investasi maksimal 4% per annum dan biaya jasa kustodian maksimal 0,20% per annum.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News