Reporter: Abdul Basith, Tim KONTAN | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Menurut Satrio, investor harus tetap mengikuti firasat sendiri sebelum membeli atau menjual saham. Sebab, acapkali rekomendasi itu diberikan orang tertentu yang ingin mengambil untung.
Baca Juga: Baru sebulan menanam Rp 1,5 miliar ke Jiwasraya, Callista Wijaya sudah kena apes
Kedua, Satrio menyarankan masuk ke saham ketika berada di level cut loss. Ini jadi level ideal untuk masuk, apalagi jika harga saham itu berpotensi terus meningkat, baik secara teknikal maupun sentimen. Terakhir dan menjadi tips paling penting, ialah tetap mencermati fundamental emiten serta analisis teknikal saham yang akan dibeli.
Cara ini bisa jadi penentu apakah saham itu layak investasi atau cuma cocok untuk trading. "Di samping itu, pelaku pasar juga harus mengetahui perbedaan antara trading dan investasi," kata Satrio. Dengan mengetahui perbedaan ini, pelaku pasar bisa memilih saham mana yang tepat untuk dijadikan alat investasi dan tak terjebak di suatu saham.
Baca Juga: Banjir Jakarta memperberat pergerakan IHSG
Senada, pengamat pasar modal Teguh Hidayat juga menyarankan trader tidak bermain di saham "gorengan". Namun untuk para pemodal kecil yang memiliki modal terbatas, memang tak ada salahnya memilih saham lapis kedua dan ketiga untuk dikoleksi, asalkan mereka tahu konsekuensinya.
Tetapi untuk pemodal besar, Teguh menyarankan tidak bermain di saham-saham "gorengan". "Modal besar lebih baik untuk investasi di saham yang tidak memiliki volatilitas tinggi," ujar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News