Reporter: Abdul Basith, Tim KONTAN | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta agar otoritas pasar saham melakukan bersih-bersih. Supaya tidak ada lagi praktik manipulator dalam perdagangan saham di Indonesia.
Tujuannya agar kepercayaan investor pun bisa tetap terjaga. "Saya berpesan agar otoritas bursa, Otoritas Jasa keuangan (OJK), Bursa Efek Indonesia (BEI) segera membersihkan bursa dari praktik jual beli saham yang tidak benar," ujar Jokowi saat membuka perdagangan 2020, Rabu (2/1).
Jokowi menegaskan agar tidak ada lagi saham gorengan di tahun 2020. Harga saham yang dimanipulasi dinilai bisa merugikan investor.
Baca Juga: Berpotensi Naik, Begini Proyeksi Harga Komoditas Energi di 2020 premium
Oleh karena itu perlu perlindungan yang baik bagi investor. Transaksi yang menjurus pada tindakan kriminal harus ditindak sesuai hukum yang berlaku.
"Jangan sampai ada lagi dari Rp 100 digoreng jadi Rp 1.000 goreng jadi Rp 4.000," terang Jokowi.
Tips terhindar dari saham gorengan
Mengutip berita Kontan yang ditulis Maret 2018 lalu, pengamat pasar modal Satrio Utomo, yang aktif bertransaksi saham, mengaku tak memasukkan saham "gorengan" ke portofolionya. Pengalamannya selama bertahun-tahun di pasar saham membuatnya lebih selektif memilih saham mana yang layak investasi.
Baca Juga: IHSG melempem di awal 2020, berikut valuasi saham top gainers, Kamis (2/1)
Bagi Satrio, hanya saham yang memiliki coverage 10 analis yang layak koleksi. Lantaran hal ini, ia tak menyarankan trader memilih saham "gorengan" meski menawarkan return menggiurkan. "Sebab, biasanya pergerakan saham ini diatur orang-orang tertentu di balik saham tersebut, yang ingin meraih untung," kata Satrio.
Akan tetapi, jika trader gemar bermain di saham yang memberikan return jumbo, Satrio punya beberapa tips agar mereka tak terjebak. Pertama, jangan terlalu percaya pada rekomendasi di pasar. Ini biasanya terjadi pada investor newbie yang kerap terjebak.
Menurut Satrio, investor harus tetap mengikuti firasat sendiri sebelum membeli atau menjual saham. Sebab, acapkali rekomendasi itu diberikan orang tertentu yang ingin mengambil untung.
Baca Juga: Baru sebulan menanam Rp 1,5 miliar ke Jiwasraya, Callista Wijaya sudah kena apes
Kedua, Satrio menyarankan masuk ke saham ketika berada di level cut loss. Ini jadi level ideal untuk masuk, apalagi jika harga saham itu berpotensi terus meningkat, baik secara teknikal maupun sentimen. Terakhir dan menjadi tips paling penting, ialah tetap mencermati fundamental emiten serta analisis teknikal saham yang akan dibeli.
Cara ini bisa jadi penentu apakah saham itu layak investasi atau cuma cocok untuk trading. "Di samping itu, pelaku pasar juga harus mengetahui perbedaan antara trading dan investasi," kata Satrio. Dengan mengetahui perbedaan ini, pelaku pasar bisa memilih saham mana yang tepat untuk dijadikan alat investasi dan tak terjebak di suatu saham.
Baca Juga: Banjir Jakarta memperberat pergerakan IHSG
Senada, pengamat pasar modal Teguh Hidayat juga menyarankan trader tidak bermain di saham "gorengan". Namun untuk para pemodal kecil yang memiliki modal terbatas, memang tak ada salahnya memilih saham lapis kedua dan ketiga untuk dikoleksi, asalkan mereka tahu konsekuensinya.
Tetapi untuk pemodal besar, Teguh menyarankan tidak bermain di saham-saham "gorengan". "Modal besar lebih baik untuk investasi di saham yang tidak memiliki volatilitas tinggi," ujar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News