Reporter: Namira Daufina | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Meningkatnya suhu ketidakpastian politik di Amerika Serikat jelang Pemilu Presiden jadi sandungan bagi harga emas. Hillary Clinton yang diunggulkan membuat dollar AS mendapat angin segar. Ini membuat komoditas emas terkoreksi.
Mengutip Bloomberg, Senin (7/11) pukul 16.38 WIB harga emas kontrak pengiriman Desember 2016 di Commodity Exchange merosot 1,47% di level US$ 1.285,30 per ons troi dibanding hari sebelumnya. Walau dalam sepekan terakhir harga emas masih naik 0,95%.
Deddy Yusuf Siregar, Research and Analyst PT Asia Tradepoint Futures menuturkan, tekanan terbesar emas datang setelah Federal Bureau of Investigation (FBI) menyatakan penggunaan email pribadi oleh Hillary Clinton bukan suatu kejahatan. Hasil polling New York Times/CBS terbaru pun menunjukkan Hillary kembali unggul tipis dengan perolehan 45% di atas pesaingnya, Donald Trump yang hanya 43%.
“Kans Hillary memenangkan pilpres jadi sentimen positif bagi dollar AS dan mengempiskan pamor safe haven seperti emas untuk sesaat,” ujar Deddy. Apalagi di saat yang bersamaan, pelaku pasar melakukan aksi bargain hunting pada US$ pasca pelemahannya yang signifikan beberapa waktu terakhir.
Keadaan fundamental AS pun positif, setelah akhir pekan lalu data tenaga kerja AS menunjukkan hasil yang memuaskan pasar. Jika nanti Hillary benar memenangkan pemilu Presiden AS yang akan dilaksanakan Selasa (8/11) maka kans The Fed menaikkan suku bunga di Desember 2016 tetap terjaga. Tentunya itu bisa menekan harga emas lebih jauh.
Sementara jika yang terjadi adalah skenario sebaliknya yakni pemilu dimenangkan oleh Trump, dollar AS berpotensi terkoreksi. Peluang The Fed menaikkan suku bunga bisa menghilang dan pasar akan dilingkupi kekhawatiran global. “Sampai Selasa (8/11) pergerakan emas akan fluktuatif di kisaran US$ 1.270–US$ 1.290 per ons troi,” prediksi Deddy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News