Reporter: Yuliana Hema | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Jelang pertemuan Federal Reverse (The Fed) pada 3-4 Mei 2022 mendatang, yang diproyeksi bakal mengerek suku bunga acuan, dinilai tidak terlalu menakutkan pelaku pasar di Indonesia, tetapi akan menekan pergerakan bursa saham AS.
Chief Economist TanamDuit Ferry Latuhihin menilai imbas kebijakan The Fed tidak begitu menakutkan untuk pasar modal Indonesia. Lantaran, sentimen tersebut berasal dari faktor di luar Indonesia.
"Kalau The Fed menaikkan suku bunga setinggi-tingginya itu exogenous atau dari luar, maka itu asing tetap convenience untuk masuk di market kita," terang Ferry dalam paparan Market Outlook, Senin (25/4).
Kalau pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun ini bisa mencapai 5%-5,2% dan terkena regresi negatif akibat AS, maka pada tahun depan Ferry memprediksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat tumbuh 4,9%. Hal ini yang menyebabkan investor asing kesempatan untuk masuk ke pasar saham di Indonesia.
Baca Juga: Jelang Libur Lebaran, IHSG Diproyeksikan Kembali Melemah Sepekan Ini
Sementara itu, Ferry mencermati pasar modal di luar Indonesia, terutama di Wall Street atau negara-negara maju di Eropa sudah melihat The Fed akan hawkish. Bukan hanya soal kenaikan suku bunga tetapi The Fed akan menjual government bond untuk menarik likuiditas.
Sehingga ada dua poin yang menakutkan bagi pasar modal di luar, yaitu kebijakan The Fed untuk menaikkan suku bunga dan menyedot likuiditas dari pasar untuk meredam inflasi. Justru, sentimen tensi geopolitik Ukraina dan Rusia tidak lebih menekan dari keputusan The Fed nanti.
"Buat market di luar sangat menakutkan, buat impact sekarang harga minyak sudah mulai cooling down. Pasti ada dampak kalau The Fed meredam inflasi, karena bukan hanya inflasinya diredam tetapi penyebabnya juga ikut diredam akibat demand yang terlalu tinggi," pungkas Ferry.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News