Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penyedia data dan indeks pasar modal Financial Times Stock Exchange (FTSE) Russell, kembali merombak daftar saham Global Equity Index Asia Pacific ex Japan ex China Regional. Terdapat sembilan emiten yang menjadi penghuni baru indeks yang akan efektif pada Senin (23/9) mendatang.
Kesembilan saham tersebut adalah PT Smartfren Telecom Tbk (FREN), PT Bank Pan Indonesia Tbk (PNBN), PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah Tbk (BTPS), PT Totalindo Eka Persada Tbk (TOPS), PT Japfa Tbk (JPFA), PT Sitara Propertindo Tbk (TARA), PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL), PT Soechi Lines Tbk (SOCI), dan PT Steel Pipe Industry of Indonesia Tbk (ISSP).
Hari ini, sembilan saham tersebut menunjukkan pergerakan yang cukup fluktuatif menjelang masa berlaku efektif indeks. Asing pun nampaknya melakukan penyesuaian portofolio.
Baca Juga: Catat ya, prospek saham baru FTSE tak semuanya menjanjikan
JPFA misalnya, secara year-to-date (ytd) emiten ternak ayam ini amblas 26,98%. Sementara sejak sebulan ke belakang, JPFA telah terkoreksi 0,63%. Hari ini, saham JPFA pun mencatatkan jual bersih asing di semua pasar sebesar Rp 7,08 miliar.
Ada pula SRIL yang sahamnya merosot 7,82% secara ytd. SRIL juga telah terkoreksi 1,79% sejak satu bulan ke belakang. Hari ini investor pun mengobral saham SRIL. Emiten tekstil yang berbasis di Sukoharjo ini mencatat jual bersih asing sebesar Rp 171,9 juta di semua pasar.
Khusus untuk JPFA dan SRIL, Analis Panin Sekuritas William Hartanto menilai anjloknya kinerja kedua saham tersebut akibat aksi profit taking. Sementara untuk emiten perbankan seperti BTPS dan PNBN, William memprediksi keduanya bakal terkena sentimen penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia.
Baca Juga: Masuk Indeks FTSE, saham-saham ini bakal punya prospek positif
Saham BTPS menunjukkan pergerakan yang cukup prima. Secara year-to-date, saham BTPS telah menguat 57,35%. Sementara sebulan ke belakang, BTPS telah menguat 2,79%. Asing pun memborong saham BTPS pada perdagangan hari ini. BTPS mencatat beli bersih asing di semua pasar (all market) sebesar Rp 13,54 miliar.
Sementara PNBN menunjukkan pergerakan yang cukup fluktuatif. PNBN telah terkoreksi 7,46% sejak sebulan silam. Sementara secara ytd, saham PNBN menguat 19,21%.Pada perdagangan hari ini, asing melakukan aksi beli bersih saham PNBN sebesar Rp14,02 miliar.
Pun demikian dengan FREN. Emiten telekomunikasi ini mencatatkan beli bersih asing sebesar Rp 9,94 miliar di semua pasar. Sementara itu saham FREN menguat 112,82% secara ytd dan 6,41% dalam sebulan.
Baca Juga: Tak semua saham anggota baru FTSE layak dilirik
Saham ISSP pada perdagangan hari ini stagnan dan tidak beranjak dari Rp 121 per saham. Sementara ISSP telah menguat 44,05% secara ytd dan 7,08% selama sebulan. ISSP mencatat transaksi beli bersih asing sebesar Rp 1,29 miliar.
Sementara itu, saham SOCI menguat 7,94% selama sebulan dan menguat 55,73% secara ytd. Meski demikian, hari ini asing mengobral saham SOCI sehingga mencatatkan net sell asing sebesar 153,67 miliar.
Kondisi lebih parah dialami oleh TOPS. Saham emiten konstruksi ini amblas 28,92% secara ytd dan turun 1,67% selama sebulan belakangan. Meski demikian, hari ini TOPS mencatatkan beli bersih asing senilai Rp 8,95 miliar.
Baca Juga: FTSE merombak saham, ini rekomendasi analis
Terakhir, ada saham TARA yang menunjukkan kinerja kurang prima. Secara ytd, TARA telah anjlok 23,8% dan turun 5,77% selama satu bulan. Asing pun mencatatkan jual bersih senilai Rp 578,68%.hari ini.
William mengatakan sentimen jangka pendek akan menghantam indeks setelah berlaku efektif. Namun dalam jangka panjang investor tetap kembali melihat ke kinerja fundamental masing-masing emiten. “Dalam jangka panjang akan tetap kembali pada kinerja,” ujar William saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (20/9).
Baginya, indeks FTSE bisa saja dijadikan acuan bagi para investor. Namun, kekuatan dari indeks ini masih kalah dibandingkan dengan indeks MSCI.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News