Reporter: Danielisa Putriadita, Dupla Kartini | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kurs rupiah unggul tipis melawan mata uang Paman Sam. Meski demikian, analis meramalkan, rupiah cenderung tertekan sebagai antisipasi pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal alias Federal Open Market Comittee (FOMC) pada pekan ini.
Mengutip Bloomberg, Senin (11/12) pukul 09.47 WIB, nilai tukar rupiah di pasar spot menguat 2 poin ke level Rp 13.548 per dollar AS.
Penguatan tipis mata uang Garuda disinyalir karena terjadi profit taking pada dollar AS. Indeks dollar spot diperdagangkan melandai di 93,87 setelah akhir pekan lalu melesat hingga level 93,90. Dollar AS didukung rilis data ketenagakerjaan yang melampaui ekspektasi pasar.
Mayoritas mata uang kawasan Asia juga unggul versus dollar AS. Misalnya, dollar Filipina yang unggul 0,21 poin ke 50,34. Valuasi dollar Singapura juga menguat 0,001 menjadi 1,3519, dan baht Thailand terapresiasi 0,01 ke 32,61. Namun, yen Jepang melemah 0,15 poin menjadi 113,63, dan won Korea terdepresiasi 0,77 poin ke level 1.093,27.
EKonom Samuel Sekuritas Indonesia Ahmad Mikail memperkirakan, rupiah bakal melemah jelang rapat FOMC pada 12-13 Desember nanti. Rapat akan menentukan naik atau tidaknya suku bunga The Federal Reserves. Pasar menduga, suku bunga akan naik 25 basis points.
Apalagi, sentimen dari domestik kurang mendukung. Cadangan devisa Bank Indonesia per November turun menjadi US$ 125 miliar dari bulan sebelumnya US$ 126 miliar. Ini memberi sinyal bahwa masih stabilnya nilai tukar rupiah belakangan ini, karena Bank Indonesia (BI) menjaga rupiah selama dua bulan terakhir.
Selain itu, harga minyak yang cenderung naik kemungkinan besar akan mendorong peningkatan defisit migas Indonesia ke depan. "Hal tersebut juga kemungkinan besar dapat membebani rupiah," kata Ahmad dalam riset, Senin.
Prediksinya, kurs rupiah akan bergerak di rentang Rp13.550-Rp13.600 per dollar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News