Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah proyeksi kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserves (The Fed) pada pekan lalu, nilai tukar rupiah masih mampu bertahan di hadapan dollar AS. Walaupun data ekonomi Negeri Paman Sam cukup positif, tetapi rupiah berhasil unggul tipis, karena ditopang kondisi regional yang cukup positif.
Jika ada dukungan dari regional pada pekan ini, kemungkinan peluang pelemahan rupiah akan sedikit tertahan.
Mengutip Bloomberg, Jumat (8/12), di pasar spot, kurs rupiah menguat tipis 0,02% ke level Rp 13.550 per dollar AS. Sedangkan jika mengacu pada kurs tengah Bank Indonesia (BI) rupiah tertekan 0,31% ke level Rp 13.556 per dollar AS.
Josua Pardede, ekonom PT Bank Permata Tbk mengatakan, rupiah berhasil menguat tipis karena kondisi pasar regional yang cukup positif. Salah satunya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang ditutup pada zona hijau yaitu naik 0,40% ke level 6030,96.
Ditambah lagi data neraca perdagangan China bulan November yang menguat melebihi ekspektasi. “Regional equity market yang menopang rupiah,” katanya, akhir pekan lalu.
Namun penguatan tipis, lantaran di saat bersamaan, rupiah tertekan data cadangan devisa yang menyusut. Bank Indonesia (BI) mencatat posisi cadangan devisa per akhir November 2017 sebesar US$ 125,97 miliar, turun US$ 580 juta dibandingkan bulan sebelumnya.
Menurut Josua, pada pekan depan, rupiah kembali dibayangi pertemuan Federal Open Market Commite (FOMC). Dengan ekspektasi kenaikan yang mencapai 90%, dollar AS akan semakin kuat. Rupiah berpeluang kembali berada di bawah tekanan.
"Kalau enggak tertolong dari regional lagi, kemungkinan ada koreksi di hari Senin," proyeksinya.
Sementara, Lukman Leong, analis PT Valbury Asia lebih melihat keunggulan rupiah terjadi karena alasan teknikal. Menurutnya pada dasarnya mata uang Garuda masih tertekan sentimen dari negeri Paman Sam, mulai dari rilis data ketenagakerjaan, diloloskannya RUU Pajak hingga kenaikan suku bunga The Fed.
"Kalau dari domestik, pengaruh dari data cadev enggak terlalu besar," paparnya.
Lukman menebak, rupiah akan bergerak di kisaran Rp 13.525-Rp 13.575 per dollar AS. Sedangkan Josua memperkirakan, rupiah berada di rentang Rp 13.500-Rp 13.575 per dollar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News