Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Akhir pekan lalu, kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) tak banyak berubah. Di pasar spot, Jumat (8/12), kurs rupiah menguat 0,02% ke Rp 13.550. Namun kurs tengah rupiah Bank Indonesia (BI) tertekan 0,03% menjadi Rp 13.556.
Rupiah ditopang sentimen regional saat data ekonomi Negeri Paman Sam cukup positif.
Josua Pardede, Ekonom Bank Permata, mengatakan, rupiah berhasil menguat tipis karena kondisi pasar regional cukup positif. Data neraca perdagangan China November yang menguat melebihi ekspektasi membuat pasar saham bergairah. "Regional equity market yang menopang rupiah," kata dia. Akhir pekan lalu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga tumbuh 0,40% ke 6.030,96.
Namun penguatan rupiah dibarengi dengan data cadangan devisa yang menyusut. Bank Indonesia (BI) mencatat posisi cadangan devisa akhir November 2017 sebesar US$ 125,97 miliar, turun US$ 580 juta dari bulan sebelumnya.
Analis Valbury Asia Futures Lukman Leong melihat penguatan rupiah terjadi karena alasan teknikal. Pada dasarnya mata uang Garuda masih tertekan sentimen dari negeri Paman Sam. "Kalau dari domestik, pengaruh dari data cadangan devisa tidak terlalu besar," ungkap dia.
Rilis data penyerapan tenaga kerja swasta di luar sektor pertanian AS akhir pekan lalu akan semakin menekan rupiah. Rupiah juga dibayangi pertemuan Federal Open Market Committee
(FOMC). Dengan ekspektasi kenaikan suku bunga mencapai 90%, dollar AS bakal makin kuat dan rupiah berpeluang tertekan.
Hari ini, Lukman memprediksi kisaran pergerakan rupiah antara Rp 13.525–Rp 13.575. Josua menghitung kisaran pergerakan rupiah antara di Rp 13.500–Rp 13.575.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News