kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Jelang FOMC dan RDG BI, IHSG diprediksi bergerak menguat


Minggu, 13 Juni 2021 / 18:10 WIB
Jelang FOMC dan RDG BI, IHSG diprediksi bergerak menguat
ILUSTRASI. Fokus pelaku pasar saat ini bergeser ke pertemuan kebijakan Federal Reserve pada 15-16 Juni 2021.


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Wahyu T.Rahmawati

Selisih yield obligasi AS tenor 10 tahun dan 2 tahun bergerak pada titik tersempit sejak akhir Februari. Imbal hasil US Treasury tenor 10 tahun ke posisi 1,43% merupakan posisi terendah dalam tiga bulan terakhir. Imbal hasil tenor 30 tahun menyentuh posisi 2,13% yang merupakan posisi terendah sejak 26 Februari 2021.

Yield tersebut sempat naik dalam beberapa jam karena inflasi naik di atas perkiraan. Tetapi yield segera turun setelah pelaku pasar berpendapat inflasi bersifat sementara dan laju inflasi AS periode Mei sebagian besar didorong oleh kategori yang terkait dengan pembukaan kembali aktivitas ekonomi secara lebih luas karena program vaksinasi berhasil mengendalikan pandemi. "Yield obligasi AS yang turun akan menjadi sentimen positif bagi pergerakan pasar keuangan negara berkembang termasuk Indonesia," kata dia.

Beberapa bank sentral mulai menunjukkan sikap merubah kebijakan moneter yang longgar seiring pulihnya perekonomian dari pandemi Covid-19. Pada April bank sentral Kanada menjadi negara pertama di antara negara-negara G7 yang mulai menarik stimulus masa pandemi dan mengisyaratkan akan mulai menaikkan suku bunga mulai tahun 2022. Sedangkan Bank sentral Norwegia telah mengumumkan rencana untuk menaikkan suku bunga pada kuartal ketiga atau keempat tahun 2021.

Bank Sentral Selandia Baru dan Korea Selatan juga telah memberikan petunjuk kuat bahwa pengetatan kebijakan ada dalam agenda mereka karena kondisi ekonomi mulai membaik. Keputusan negara-negara tersebut lebih dipengaruhi oleh pertimbangan domestik. Perubahan kebijakan moneter The Fed akan menjadi risiko besar untuk bank sentral global khususnya negara berkembang.

Baca Juga: Kapitalisasi pasar bursa capai Rp 7.210,56 triliun pada perdagangan pekan ini

Taper tantrum menjadi ancaman bagi banyak bank sentral negara berkembang termasuk Indonesia. Negara berkembang lebih rentan berusaha memperkuat sistem keuangan mereka untuk menangkal terjadinya pelarian modal yang melanda emerging markets seperti peristiwa taper tantrum pada 2013. Peristiwa itu dipicu oleh petunjuk The Fed untuk mulai melakukan pengetatan moneter, setelah bertahun-tahun menerapkan kebijakan super-longgar selama Krisis Keuangan Global.

Saat ini ada perbedaan besar antara ekonomi yang bangkit kembali dari pandemi, dan negara yang tertinggal akibat gelombang kedua dan lambatnya proses vaksinasi. Beberapa bank sentral EM kemungkinan akan terpaksa menaikkan suku bunga untuk mempertahankan mata uang dari pelemahan. "Langkah pengetatan stimulus moneter dapat mengorbankan ekonomi mereka yang masih rapuh," jelasnya.

Jajak pendapat Reuters memperkirakan Indonesia akan mencatat surplus perdagangan terbesar dalam enam bulan pada bulan Mei sebesar US$ 2,3 miliar. Hal ini terjadi karena ekspor dan impor diprediksi naik di tengah harga komoditas yang tinggi dan pemulihan perdagangan global. Indonesia membukukan surplus perdagangan setiap bulan sejak Mei 2020. Saat ini harga komoditas mulai naik tinggi, dan mitra dagang mulai melonggarkan pembatasan terkait virus covid-19 mendorong ekspor Indonesia cukup kuat.

Di sisi lain pemulihan impor lebih lambat karena permintaan domestik yang lemah. Beberapa data menunjukkan ekonomi Indonesia dalam tren pemulihan yang kuat sehingga berpotensi mendorong sentimen positif pada pasar keuangan khususnya saham. BI diprediksi bakal mempertahankan suku bunga.

IHSG berpeluang konsolidasi menguat dengan support di level 6.047 sampai 5.974 dan resistance di level 6.134 sampai 6.200.

Baca Juga: Tertopang sentimen domestik, simak pergerakan IHSG pada Senin (14/6)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×