Reporter: Kenia Intan | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah 12,041 poin atau 0,20% ke level 6.095,497 pada perdagangan Jumat (11/6).
Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, beberapa sektor di bursa memang melemah. Penurunan paling dalam dirasakan oleh sektor industri hingga 0,88%. Setelahnya disusul sektor keuangan yang turun 0,80% dan sektor infrastruktur yang melemah 0,68%.
Analis Artha Sekuritas Indonesia Dennies Christoper Jordan mencermati, pada sesi pertama IHSG sempat menguat cukup signifikan pergerakan bursa Amerika Serikat. Akan tetapi, IHSG akhirnya ditutup melemah karena profit taking setelah dua hari terakhir menguat signifikan.
Untuk perdagangan besok Senin (14/6), Dennies memproyeksikan IHSG akan berbalik menguat. IHSG akan bergerak dengan level resistance di 6.154 hingga 6.124. Sementara level support-nya berada di 6.074 hingga 6.054.
Sentimen pembagian dividen masih akan menopang IHSG. Di samping itu, investor juga akan mengantisipasi rilis data neraca perdagangan.
Baca Juga: IHSG menguat 0,5% dalam sepekan, berpeluang menguat terbatas pada pekan depan
"IHSG diperkirakan menguat, akan tetapi penguatan akan terbatas dikarenakan data inflasi Amerika Serikat yang kurang sesuai dengan ekspektasi," ujar Dennies dalam riset yang diterima Kontan.co.id, Jumat (11/6).
Sementara itu, Analis Phintraco Sekuritas Valdy Kurniawan memperkirakan, IHSG masih akan bergerak di kisaran resistance area 6.100 hingga 6.150 pada perdagangan Senin (14/6).
"IHSG ditopang oleh data-data ekonomi domestik terbaru yang relatif kuat," ujar Valdy dalam riset yang diterima Kontan.co.id, Jumat (11/6).
Adapun IHSG pada Senin (14/6) memiliki level resistance di 6.120 dan level support di 5.950.
Lebih lanjut ia menjelaskan, pertumbuhan penjualan ritel sebesar 15,6% yoy di April 2021 dan data consumer confidence index yang bertahan di atas level 100 pada Mei 2021 menjadi katalis-katalis positif yang menopang pergerakan IHSG.
Masih dari dalam negeri, optimisme pelaku pasar juga terdorong outlook ekonomi Indonesia karena perkembangan upaya vaksinasi. Asal tahu saja, Indonesia dikabarkan kembali mendatangkan 1.504.800 dosis vaksin Covid-19 produksi AstraZeneca dalam bentuk jadi pada Kamis pekan lalu.
Sepengamatan Valdy, hal-hal itu meredam kekhawatiran pelaku pasar terhadap potensi tapering oleh The Fed. Asal tahu saja, FOMC The Fed dijadwalkan pada 16 Juni 2021.
Adapun tapering memungkinkan terjadi mengingat dalam beberapa waktu terakhir terjadi penguatan data sektor tenaga kerja dan inflasi di Amerika Serikat.
Di tengah sentimen-sentimen tersebut, nilai tukar rupiah justru menguat. Oleh sebab itu, pelaku pasar masih dapat memperhatikan peluang trading buy pada saham-saham perbankan seperti ARTO, BBCA, BBNI, BBRI, BMRI, BBTN, dan BBKP. Saham-saham sektor energi seperti ADRO, HRUM, ITMG, PTBA, PGAS juga dapat dicermati.
Selanjutnya: Didukung Data Domestik, IHSG Menguat 0,5% Sepekan Terakhir
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News