kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   -2.000   -0,13%
  • USD/IDR 15.875   5,00   0,03%
  • IDX 7.314   118,54   1,65%
  • KOMPAS100 1.121   16,95   1,53%
  • LQ45 892   14,50   1,65%
  • ISSI 223   2,40   1,09%
  • IDX30 459   10,01   2,23%
  • IDXHIDIV20 553   13,38   2,48%
  • IDX80 129   1,38   1,09%
  • IDXV30 137   2,73   2,03%
  • IDXQ30 152   3,22   2,16%

Jejak Danareksa di rights issue SIAP


Senin, 16 November 2015 / 12:23 WIB
Jejak Danareksa di rights issue SIAP


Reporter: Narita Indrastiti | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Sorotan nampaknya masih mengarah ke Danareksa Sekuritas. Sekuritas milik negara ini bukan hanya terjebak di kisruh transaksi semu saham PT Sekawan Intipratama Tbk (SIAP), tapi jejak Danareksa berbekas di aksi kontroversial SIAP, yakni rights issue Rp 4,68 triliun pada tahun 2014.

Ini pula yang menjadi alasan Kementerian BUMN mencopot salah satu direksi Danareksa Sekuritas. Kabarnya, direksi ini dialihtugasakan ke Tim Task Force Penyelesaian Permasalahan Fasilitas Pembiayaan Ritel dengan Underlying Saham. Tim ini akan membenahi urusan transaksi SIAP yang  menyebabkan Danareksa disuspensi sehari.

Berdasarkan penelusuran KONTAN, sang direksi ialah orang yang bertanggungjawab saat rights issue SIAP di Mei-Agustus 2014. Dalam aksi ini, Danareksa menjadi penjamin sekaligus pembeli siaga dan berkomitmen membeli saham rights issue yang tak diserap.

Dalam dokumen berkop Danareksa Sekuritas yang ditujukan ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Marciano H. Herman, waktu itu, menjadi Dirut Danareksa Sekuritas dan Sujadi, Direktur yang meneken komitmen tersebut.

Sejumlah petinggi Danareksa tak merespons konfirmasi KONTAN. Marciano Herman, Direktur Danareksa (Persero), enggan menjawab. "Silakan ke sekretaris perusahaan," ujar dia.

Seorang nasabah Danareksa yang enggan disebut namanya mengaku sempat ditawari saham rights issue (HMETD) SIAP. Kala itu Danareksa menjanjikan imbal hasil tinggi dan saham itu aman. "Tapi, saya tak ambil  karena fundamental emiten tak jelas," kata sumber KONTAN ini. Kata dia, Danareksa sempat jajaki beberapa investor ritel yang punya dana cukup besar.

Mengacu prospektus rights issue SIAP, para pemegang saham utama menyatakan tak mengeksekusi haknya. Mereka: PT Graha Sakti Cemerlang (GSC) yang memiliki 36% SIAP  dan PT Graha Sakti Prima (GSP) 24%. Pemegang saham lain adalah PT Antaboga Delta Sekuritas (12,83%).

Rights issue SIAP adalah salah satu pintu masuk aksi backdoor listing RITS Ventures Limted milik Ridgetop Holding Ventures. RITS adalah pemilik PT Wana Bara Prima Coal, induk PT Indo Wana Bara Mining Coal.

Anehnya dalam laporan keuangan SIAP kuartal III 2014 menyebutkan, seluruh HMETD dilaksanakan pemegang saham. Sementara di  prospektus tertulis, GSC dan GSP tak mengeksekusi haknya. Dan, seperti kita tahu, izin Antaboga dicabut. Prospektus menyebutkan, pembeli siaga menjadi mayoritas.

Kejanggalan  terasa pasca rights issue, Fundamental Resources tiba-tiba jadi pengendali SIAP. Fundamental sebelumnya jadi pembeli siaga saat RITS Ventures ingin backdoor listing lewat rights issue Perdana Karya Perkasa (PKPK). Tapi aksi ini gagal.

Reza Priyambada, Kepala Riset NH Koorindo Securities menilai, harus ditelusuri akar kesalahan  murni Danareksa atau ada investor yang memanfaatkan Danareksa bertransaksi di SIAP.

"Ketika Danareksa masuk dan jadi pembeli siaga rights issue SIAP juga dipertanyakan. Apa yang mendasari broker sebesar Danareksa masuk ke emiten yang saat itu belum jelas fundamentalnya," ujar Reza.     

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×