Reporter: Elisabet Lisa Listiani Putri | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Investor di pasar saham merespons negatif rencana Presiden Joko Widodo yang ingin menurunkan tarif jalan tol. Harga saham PT Jasa Marga Tbk (JSMR) di Bursa Efek Indonesia (BEI) kemarin ditutup anjlok 4% menjadi Rp 4.800 per saham.
Presiden Jokowi kemarin mengumpulkan pelaku usaha untuk membahas penurunan tarif tol. Ada opsi tarif tol turun menjadi di bawah Rp 1.000 per kilometer. Selama periode 2010–2017, tarif tol berkisar Rp 900–Rp 1.300 per km. Pemerintah juga membuka wacana memperpanjang konsesi jalan tol hingga 50 tahun (lihat pula halaman 20).
Nah, hingga saat ini, JSMR menguasai konsesi jalan tol dengan total panjang 1.497 km. Dari ruas itu, JSMR telah mengoperasikan sepanjang 680 km.
Manajemen JSMR tetap manut atas rencana pemerintah memangkas tarif tol. "Rencana penurunan tarif tol juga disertai penambahan waktu konsensi untuk menjaga kelayakan bisnis," ungkap Direktur Utama JSMR Dessy Aryani, kepada KONTAN, Kamis (22/3). Namun dia enggan menyebutkan efek penurunan tarif tol terhadap kinerja JSMR.
Tahun lalu, pendapatan JSMR yang berasal dari tol dan usaha lainnya mencapai Rp 8,92 triliun. Angka ini menyumbang 25% dari total pendapatan JSMR yang mencapai Rp 35,09 triliun.
Direktur dan Corporate Secretary JSMR Agus Setiawan mengatakan, JSMR siap menyesuaikan tarif tol dengan kebijakan baru. Misal, di ruas tol Ngawi-Kertosono yang akan beroperasi sepanjang 48 km. Kelak, penurunan tarif disertai dengan penambahan masa konsesi, sehingga kelayakan bisnis ruas tol itu tetap sama.
Jika pemerintah menetapkan formula baru tarif ruas tol Ngawi–Kertosono, atau lebih rendah dari sebelumnya, JSMR berharap hal itu akan meningkatkan respons masyarakat menggunakan jalan tol baru. Dengan begitu, internal rate return (IRR) atau laju pengembalian investasi tetap terjaga.
Agus mengatakan, secara keseluruhan, rencana bisnis JSMR tetap terjaga. Apalagi jika perpanjangan konsesi dari 35 tahun menjadi 50 tahun terlaksana. "Penggolongan kendaraan dari 5 golongan menjadi 3 golongan juga diharapkan mendukung sistem logistik nasional." kata dia.
Prospek negatif
Kepala Riset MNC Sekuritas Edwin Sebayang menilai, intervensi pemerintah terhadap pasar berpotensi menggerus pendapatan JSMR hingga sekitar 24% pada tahun ini. Hal itu tergantung seberapa cepat implementasi aturan tarif tol baru diberlakukan.
Tak cuma berpengaruh ke pendapatan, Edwin melihat, kebijakan ini akan mengganggu arus kas lantaran berkurangnya kemampuan JSMR membayar cicilan utang bank dan obligasi.
Kebijakan ini menjadi sentimen negatif bagi JSMR. Ia mengatakan saat ini support JSMR di Rp 4.790 per saham. Jika support ini tembus, maka JSMR berpotensi melanjutkan penurunan ke level Rp 4.500 per saham.
Edwin menyarankan investor menghindari dulu saham JSMR. Bagi yang sudah memiliki, cut loss bisa menjadi pilihan.
Analis Royal Investium Sekutritas Wijen Ponthus memberi kiasan bahwa kebijakan ini menghadapkan JSMR dengan istilah: sudah jatuh, tertimpa tangga pula. "Imbas penurunan tarif akan cukup besar," kata dia.
Apalagi ada potensi penurunan trafik karena aturan ganjil genap di Bekasi Barat dan rencananya juga berlaku di Tangerang. Wijen menyarankan investor sebaiknya menunggu dan memastikan terlebih dulu rencana ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News