Reporter: Barratut Taqiyyah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Berikut ini merupakan lima topik hangat yang patut diperhatikan sebelum melakukan transaksi:
1. IHSG sepekan
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dalam sepekan berhasil menguat. IHSG, Jumat (28/6), di level 4.818,89 atau naik 6,72% dalam sepekan. Sementara, indeks MSCI Asia Pasific juga naik 2,43% ke 130,84 di pekan ini. Namun, dana asing sepekan ini masih mencatatkan aksi jual bersih dengan total Rp 1,02 triliun.
2. Rupiah akhir pekan
Kurs rupiah pada akhir pekan lalu, ditutup melemah. Pasangan USD/IDR di pasar spot, Jumat (28/6), menguat 0,96% menjadi 10.004 dibanding hari sebelumnya. Dollar Amerika Serikat (AS) di kurs tengah Bank Indonesia (BI) melemah tipis 0,08% menjadi 9.929 dibanding hari sebelumnya.
3. Wall Street akhir pekan
Bursa AS berhasil mencatatkan pergerakan positif pada pekan lalu. Data Bloomberg menunjukkan, dalam periode 5 hari yang berakhir 28 Juni, indeks S&P 500 sudah naik 0,9% menjadi 1.606,28.
Lonjakan yang terjadi pada bursa AS ditopang oleh data ekonomi yang melampaui estimasi dan pernyataan the Federal Reserve yang meredakan kecemasan mengenai rencana stimulusnya.
4. Prediksi IHSG semester II
Semester I-2013 sudah berlalu. Kendati di akhir paruh pertama tahun ini, Indeks harga Saham Gabungan (IHSG) meluncur turun, para analis yakin, di semester II ini, indeks masih memiliki stamina untuk kembali mendaki.
Dalam jangka pendek, IHSG akan mendapat topangan dari laporan keuangan kuartal II-2013 para emiten. Analis memprediksi, kinerja emiten di kuartal II masih tumbuh positif. "Ekspektasikita, laba tumbuh 20% year on year," kata Norico Gaman, Kepala Riset BNI Securities, kemarin.
5. Postur APBN-P 2013
Alih-alih ingin melakukan penghematan, ternyata Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) tahun 2013 justru terlihat lebih boros. Berdasarkan draft Rancangan Undang-Undang APBN-P tahun 2103 yang telah disahkan oleh DPR beberapa waktu lalu, jumlah anggaran untuk belanja Pemerintah Pusat malah naik dari Rp 1.154, 3 triliun menjadi Rp 1.196,8 triliun.
Padahal, tujuan disusunnya RAPBN-P 2013 oleh Pemerintah sebelumnya untuk mengantisipasi pembengkakan anggaran yang disebabkan meningkatnya jumlah subsidi Bahan Bakar Minyak (BBM).
Pemerintah pun saat itu berjanji akan mengencangkan ikat pinggang dengan melakukan pemotongan anggaran di sejumlah Kementrian/Lembaga (K/L). Namun faktanya, dalam draf APBN-P 2013 tersebut terlihat belanja K/L yang disepakati malah bertambah dari Rp 594,5 triliun menjadi Rp 622 triliun.
Bahkan, karena kondisi fiskal pemerintah saat itu yang terbatas, target asumsi pertumbuhan ekonomi juga diturunkan menjadi hanya 6,3% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dari 6,8%. Alasanya, sempitnya fiscal space (ruang fiskal) untuk bisa memacu pertumbuhan ekonomi Indonesia. Hal ini disebabkan kemungkinan terjadinya defisit anggaran akibat angka subsidi yang akan membengkak.
Ironisnya, pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) tahun 2014 justru mendapatkan anggaran tambahan. Untuk pelaksanaan Pemilu tahun depan, pemerintah memberikan tambahan anggaran sebesar Rp 1 triliun
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News