kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Jangan Ketinggalan! Cermati Saham-Saham Ini Sebelum Window Dressing Tiba


Rabu, 25 September 2024 / 20:58 WIB
Jangan Ketinggalan! Cermati Saham-Saham Ini Sebelum Window Dressing Tiba
ILUSTRASI. Karyawan berjalan dekat papan digital pergerakan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Rabu (27/3/2024). Dalam rata-rata sembilan tahun terakhir, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah menguat 1,42% pada Oktober.


Reporter: Yuliana Hema | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Umumnya pasar saham akan sumringah karena window dressing menjelang tutup tahun. Namun potensi tahun ini dibayangi oleh berbagai sentimen dari kebijakan suku bunga hingga dinamika politik. 

Dalam rata-rata sembilan tahun terakhir, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah menguat 1,42% pada Oktober. Kemudian di November dan Desember berhasil bergerak positif masing-masing 0,86% dan 2,82%. 

Secara kuartalan, IHSG masih mencetak imbal hasil yang positif di kuartal IV-2024. Rata-rata sembilan tahun terakhir, IHSG berhasil mengalami kenaikan sebesar 5,22% pada periode Oktober–Desember.  

Baca Juga: Saat IHSG Longsor, Asing Banyak Mengoleksi Saham-Saham Ini, Rabu (25/9)

Head of Research Kiwoom Sekuritas Sukarno Alatas memproyeksikan pada skenario awal, IHSG bisa menuju support di kisaran 7.454–7.562 di kuartal keempat tahun ini. 

Jika IHSG mampu bertahan kemudian dilanjutkan pergerakan sideways dan setelah itu menjelang akhir tahun dengan asumsi adanya window dressing, maka IHSG peluang menguat menuju level tertinggi. 

"Jika terus menguat, IHSG diperkirakan peluang menuju level tertinggi, bahkan bisa membuka level resistance baru di kisaran 8.000–8.020," jelas Sukarno kepada Kontan, Rabu (25/9). 

Hingga akhir perdagangan Rabu (25/8), posisi tertinggi sepanjang masa atau all time high (ATH) masih berada di level 7.905,30. Rekor terbaru itu dipecahkan pada perdagangan 19 September 2024. 

Baca Juga: Cek Saham-Saham yang Banyak Dijual Asing Saat IHSG Merosot 0,48% pada Rabu (25/9)

Sukarno bilang IHSG berpotensi akan menguji supportnya jika tekanan pada saham-saham perbankan masih terus berlanjut. Kalau saham bank bisa bertahan dan tidak turun lebih dari 5%, maka pergerakan IHSG cenderung volatile.

"Selain sentimen suku bunga dan pemerintahan baru, pergerakan IHSG di sisa tahun akan dipengaruhi oleh pemilihan presiden di Amerika Serikat (AS) yang bisa positif atau negatif," ucapnya. 

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus menghitung dalam rata-rata 15 tahun terakhir dari Oktober–Desember kemungkinan IHSG naik berkisar 1,55%. 

Baca Juga: Intip Harga Saham BBRI, BBNI, dan BMRI yang Memerah di Perdagangan Bursa Rabu (25/9)

Dengan adanya berbagai sentiment positive seperti pelantikan presiden, pemilihan kabinet dan pemilihan kepala daerah (pilkada), Nico optimistis IHSG akan bergerak di rentang 7.730–7.910 untuk mencapai target akhir tahun di 7.920–8.080. 

Rekomendasi Saham

Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menimpali adanya koreksi pada IHSG belakangan ini bisa menjadi peluang bagi pelaku pasar dan investor menerapkan strategi buy on weakness.  

"Kalau IHSG dengan merah di September, maka ini menjadi momentum yang tepat untuk beli di harga rendah karena di kuartal empat secara historis pasar akan kembali positif," katanya. 

Untuk sisa tahun ini, saham pilihan dari Nafan jatuh pada saham-saham big caps, di antaranya AALI, AKRA, ANTM, ASII, BBCA, BBNI, BBRI, BMRI, ICBP, INCO, INTP, LSIP, MBMA, MDKA, MYOR, SIDO, SMRA dan TLKM.

Baca Juga: Program Makanan Bergizi, Bakal Jadi Katalis Positif Kinerja Japfa Comfeed (JPFA)

Sementara, Sukarno bilang dalam jangka pendek, investor dapat mencermati saham-saham di sektor energi dan bahan baku, ANTM dengan harga Rp 1.640, MDKA dengan target Rp 2.650, TINS di Rp 1.300, MEDC di Rp 1.345 dan AMDR di Rp 1.500. 

"Jika tekanan jual pada saham perbankan sudah mulai mereda, saham perbankan seperti BBRI dan BBNI dan lainnya menarik untuk dicermati. Di telekomunikasi bisa cermati TLKM dan EXCL," katanya. 

 

Sedangkan dari Nico investor dapat mencermati saham-saham yang ada di sektor keuangan, konsumen primer, properti, konsumen siklikal, energi dan transportasi & logistik karena sektor-sektor itu biasanya menguat di akhir tahun. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×