kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Jaga stabilitas harga, lada bakal dijual di bursa berjangka


Minggu, 24 November 2019 / 07:32 WIB
Jaga stabilitas harga, lada bakal dijual di bursa berjangka
ILUSTRASI. Lada di Belitung. Kestabilan harga diharapkan mampu menjadi solusi atas problem klasik yang dihadapi petani dan pemilik komoditas lada Indonesia. KONTAN/Fransiskus Simbolon


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Untuk mendorong kinerja industri lada Tanah Air, PT Kliring Berjangka Indonesia (KBI) melakukan kerja sama Kemitraan Strategis Tata Niaga Komoditas Lada dengan Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) dan PT Wahana Inspirindo Sejahtera. Upaya tersebut bertujuan untuk menjaga stabilitas harga lada di pasar nasional maupun global.

Asal tahu saja, saat ini Kepulauan Bangka Belitung dan Lampung merupakan produsen utama lada putih (Muntok White Pepper) dan lada hitam (Lampung Black Pepper) yang cukup besar. Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan, produktivitas lada Bangka Belitung mencapai 1,25 ton per hektar. Hal ini menjadikan Bangka Belitung sebagai penyumbang produksi lada terbesar, yang mencapai 39% dari total produksi lada nasional.  

Baca Juga: Start up pertanian kian rajin menjalin kerjasama bisnis

Fajar Wibhiyadi Direktur Utama PT Kliring Berjangka Indonesia (Persero) mengatakan, kerja sama tersebut merupakan sinergi strategis. Ke depan, diharapkan mampu menjadi solusi atas problem klasik yang dihadapi petani dan pemilik komoditas lada Indonesia.

"Khususnya terkait harga dan nilai komoditas, serta ke depan juga akan dilakukan langkah optimalisasi potensi komoditas lada bagi seluruh pemangku kepentingan (stakeholders)," jelas Fajar dalam keterangan resminya Sabtu (23/11).

Selain itu, lewat kerja sama diharapkan mampu mendukung usaha-usaha pengembangan tata niaga komoditas lada sesuai harapan Pemerintah Provinsi Bangka Belitung. Bahkan ke depan komoditas lada akan diperdagangkan dalam bentuk pasar fisik di Bursa Berjangka Jakarta, dan PT Kliring Berjangka Indonesia akan bertindak sebagai lembaga Kliring dan Penjaminan Transaksi.

Sedangkan PT Wahana Inspirindo Sejahtera akan menyediakan sarana dan prasarana komoditas lada dalam hal ini Merk Muntok White Pepper (WMP).

Dari sisi tata niaga lada, Fajar menilai perlunya langkah strategis dari para stakeholder, demi menjaga kestabilan harga dan upaya memaksimalkan nilai komoditas tersebut. Kerja sama juga bertujuan meningkatkan perekonomian masyarakat dan menerapkan tata niaga lada tidak langsung dari petani ke pengumpul. Caranya, dengan mengarahkan perdagangan komoditas tersebut untuk diperdagangkan dalam bentuk Pasar Fisik Lada di Bursa Berjangka Jakarta. 

Baca Juga: BI perkirakan inflasi November naik menjadi 0,18%, berikut pendorongnya

Masuknya pasar fisik lada ke BBJ bakal memberikan pilihan lebih bagi para investor. Sebelum ini, KBI dan BBJ telah menghadirkan pasar fisik Timah. KBI juga mendorong petani dan pemilik komoditas lada untuk memanfaatkan Sistem Resi Gudang, dimana KBI menjadi Pusat Registrasi Resi Gudang.

Data KBI menunjukkan, sepanjang tahun 2017 sampai bulan Oktober 2019, Resi Gudang yang diterbitkan untuk komoditas lada hanya mencapai Rp 566 juta, dari total Resi Gudang sebesar Rp 114,6 Miliar.

Fajar menambahkan, besaran resi gudang yang ada tersebut masih sangat kecil. Apalagi dengan melihat kapasitas produksi lada putih Bangka Belitung atau Muntok White Pepper cukup besar.  "Ke depan kami optimis, dengan masuknya lada putih muntok ke pasar fisik di BBJ, akan memberikan nilai tambah tidak hanya bagi petani, namun juga bagi perekonomian nasional," tandasnya.

Berdasarkan data Biro Pusat Statistik (BPS), dari 2015 sampai 2019 terjadi peningkatan produksi Lada. Di mana pada 2015, produksi lada mencapai 81.501 ton, meningkat 5,93% menjadi 86.334 ton di 2016. Selanjutnya, di 2017 produksi mencapai 87.991 ton, atau  meningkat 1,92% dari tahun sebelumnya.

Pada 2018, pertumbuhannya sempat melapat yakni 0,82% dari 2017 atau menjadi 88.719 ton. Sementara untuk 2019, diproyeksikan produksi akan mencapai 89.617 ton, atau meningkat sebesar 1,07% dibandingkan capaian 2018. Pencapaian produksi tersebut, masih menempatkan Indonesia sebagai negara penghasil lada terbesar kedua di dunia.

Baca Juga: Harga minyak kembali naik ditopang optimisme kesepakatan dagang AS-China

Peningkatan produksi lada nasional, ternyata justru berbanding terbalik dengan harga lada di pasaran. Berdasarkan data yang dirilis Direktorat Jenderal Perkebunan, harga lada mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir. Tercatat di 2016, harga rata-rata bulanan di pasar domestik untuk lada putih yakni Rp 143.867 per kilogram, dan Rp 121.000 untuk lada hitam. Penurunan tajam terjadi di 2017, di mana harga rata-rata bulanan untuk lada putih mencapai Rp 85.349 dan Rp 59.500 untuk lada hitam.

Penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) dilakukan oleh Fajar  Wibhiyadi (Direktur Utama PT Kliring Berjangka Indonesia  Persero), Donny Raymond (Direktur Bursa Berjangka Jakarta) dan Dede Iswanto (Direktur PT Wahana Inspirindo Sejahtera), disaksikan oleh Himawan Purwadi (Kepala Bagian Penguatan dan Pengawasan Pasar lelang komoditas  Bappebti) di Pangkal Pinang, Jumat (22/11).

PT Wahana Inspirindo Sejahtera merupakan sebuah Badan Usaha yang bergerak dalam bidang usaha perdagangan dan jasa pengembangan komoditas. Perusahaan telah bekerjasama dengan PT Bumi Bangka Belitung Sejahtera, suatu Badan Usaha Milik Daerah Bangka Belitung dalam melakukan kerja sama pengembangan komoditas daerah seperti timah, lada, karet dan lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×