Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Untuk mendorong kinerja industri lada Tanah Air, PT Kliring Berjangka Indonesia (KBI) melakukan kerja sama Kemitraan Strategis Tata Niaga Komoditas Lada dengan Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) dan PT Wahana Inspirindo Sejahtera. Upaya tersebut bertujuan untuk menjaga stabilitas harga lada di pasar nasional maupun global.
Asal tahu saja, saat ini Kepulauan Bangka Belitung dan Lampung merupakan produsen utama lada putih (Muntok White Pepper) dan lada hitam (Lampung Black Pepper) yang cukup besar. Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan, produktivitas lada Bangka Belitung mencapai 1,25 ton per hektar. Hal ini menjadikan Bangka Belitung sebagai penyumbang produksi lada terbesar, yang mencapai 39% dari total produksi lada nasional.
Baca Juga: Start up pertanian kian rajin menjalin kerjasama bisnis
Fajar Wibhiyadi Direktur Utama PT Kliring Berjangka Indonesia (Persero) mengatakan, kerja sama tersebut merupakan sinergi strategis. Ke depan, diharapkan mampu menjadi solusi atas problem klasik yang dihadapi petani dan pemilik komoditas lada Indonesia.
"Khususnya terkait harga dan nilai komoditas, serta ke depan juga akan dilakukan langkah optimalisasi potensi komoditas lada bagi seluruh pemangku kepentingan (stakeholders)," jelas Fajar dalam keterangan resminya Sabtu (23/11).
Selain itu, lewat kerja sama diharapkan mampu mendukung usaha-usaha pengembangan tata niaga komoditas lada sesuai harapan Pemerintah Provinsi Bangka Belitung. Bahkan ke depan komoditas lada akan diperdagangkan dalam bentuk pasar fisik di Bursa Berjangka Jakarta, dan PT Kliring Berjangka Indonesia akan bertindak sebagai lembaga Kliring dan Penjaminan Transaksi.
Sedangkan PT Wahana Inspirindo Sejahtera akan menyediakan sarana dan prasarana komoditas lada dalam hal ini Merk Muntok White Pepper (WMP).
Dari sisi tata niaga lada, Fajar menilai perlunya langkah strategis dari para stakeholder, demi menjaga kestabilan harga dan upaya memaksimalkan nilai komoditas tersebut. Kerja sama juga bertujuan meningkatkan perekonomian masyarakat dan menerapkan tata niaga lada tidak langsung dari petani ke pengumpul. Caranya, dengan mengarahkan perdagangan komoditas tersebut untuk diperdagangkan dalam bentuk Pasar Fisik Lada di Bursa Berjangka Jakarta.
Baca Juga: BI perkirakan inflasi November naik menjadi 0,18%, berikut pendorongnya
Masuknya pasar fisik lada ke BBJ bakal memberikan pilihan lebih bagi para investor. Sebelum ini, KBI dan BBJ telah menghadirkan pasar fisik Timah. KBI juga mendorong petani dan pemilik komoditas lada untuk memanfaatkan Sistem Resi Gudang, dimana KBI menjadi Pusat Registrasi Resi Gudang.
Data KBI menunjukkan, sepanjang tahun 2017 sampai bulan Oktober 2019, Resi Gudang yang diterbitkan untuk komoditas lada hanya mencapai Rp 566 juta, dari total Resi Gudang sebesar Rp 114,6 Miliar.