kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45901,40   8,81   0.99%
  • EMAS1.332.000 0,60%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Jaga stabilitas harga, Kliring Berjangka Indonesia (KBI) dan Timah (TINS) kolaborasi


Kamis, 20 Februari 2020 / 13:53 WIB
Jaga stabilitas harga, Kliring Berjangka Indonesia (KBI) dan Timah (TINS) kolaborasi
Fajar Wibhiyadi, Direktur Utama PT Kliring Berjangka Indonesia (Persero) meninjau komoditas Timah Batangan produksi PT Timah (Persero) di salah satu gudang di Bangka Belitung beberapa waktu yang lalu.


Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja komoditas timah masih yang masih tertekan tak menghalangi niat PT Kliring Berjangka Indonesia (KBI) dan PT Timah Tbk (TINS) untuk bekerjasama membentuk repo resi gudang timah. Harapannya, upaya tersebut bisa mendorong harga timah ke level yang lebih baik. 

Sebagai gambaran, harga timah yang diperdagangkan di Indonesia, di akhir tahun 2019 berada di posisi US$ 16.125 per metrik ton atau turun US$ 45 per metrik ton. 

Sementara itu, Asosiasi Eksportir Timah Indonesia (AETI) memperkirakan, harga timah sepanjang 2020 bakal berada di kisaran US$ 18.700 per ton hingga US$ 20.600 per ton. Adapun sepanjang tahun lalu, harga timah berada di kisaran US$ 15.567 per ton hingga US$ 21.782 per ton.

Baca Juga: Harga timah punya potensi naik lebih tinggi tahun ini

Direktur Utama KBI Fajar Wibhiyadi mengungkapkan, aliansi strategis dengan PT Timah merupakan upaya kedua belah pihak untuk memberikan dorongan akan harga timah ke depan untuk semakin baik. 
"Indonesia memiliki potensi besar di komoditas timah, dan tentunya kami semua berharap bisa turut menentukan harga timah dunia,” kata Fajar dalam rilis yang diterima Kontan.co.id, Kamis (20/2).

Aliansi strategis juga menjadi upaya untuk menjaga kestabilan stok dan harga komoditas timah batangan. 

Adapun aliansi strategis dilakukan lewat perdagangan komoditas timah batangan di Indonesia, termasuk dengan pemanfaatan Sistem Resi Gudang (SRG), serta aktifitas Pembelian dan Penjualan Kembali Resi Gudang timah.

Lewat kerjasama tersebut, KBI akan melakukan Pembelian dan Penjualan Kembali dengan jaminan surat berharga berupa Resi Gudang milik PT Timah.

"Untuk tahap awal ini ini, plafon Pembelian dan Penjualan Kembali sebesar Rp 20 miliar. Adapun Besaran persentase penyediaan dana yang dilakukan KBI dan TINS paling banyak 80% dari harga penyelesaian terakhir (T-1) sesuai dengan jenis kode Timah Murni Batangan di bursa timah pada PT Bursa Berjangka Jakarta (BBJ),” jelasnya.

Pasar Fisik Komoditas Timah Batangan sendiri, telah diperdagangkan di BBJ akhir tahun lalu dan cukup menarik perhatian investor. Dengan kapasitas produksi yang dimiliki TINS, serta pangsa pasar yang dimiliki emiten tersebut, sudah selayaknya Indonesia menjadi bagian dalam penentuan harga timah dunia.

Untuk itu, kerjasama Resi Gudang timah tersebut merupakan upaya strategis kami dalam meningkatkan pemanfaatan SRG Tanah Air. Apalagi, sampai saat ini masih banyak komoditas di Indonesia, yang belum memaksimalkan Resi Gudang masih sangat kecil.

"Khusus mengenai komoditas timah batangan, kami optimis ke depan sistem resi gudang ini akan berkembang,” ungkapnya.

Baca Juga: Ini kendala menahun perdagangan komoditi berjangka yang belum rampung

SRG timah dirancang sebagai alat pengendali ketersediaan komoditas yang nantinya diharapkan sebagai sarana lindung nilai bagi komoditas dalam hal ini Timah Murni Batangan. Sehingga, itu akan berpengaruh pada kestabilan stok dan harga. Selain itu, SRG komoditas timah merupakan sarana untuk menahan barang atau hedging dan mampu menaikkan harga timah yang saat ini tengah lesu.

Kerjasama strategis kedua BUMN tersebut juga diharapkan menjadi awal masuknya investor potensial lainnya untuk turut serta dalam skema Pembelian dan Penjualan Kembali dengan jaminan surat berharga berupa Resi Gudang. "Ini merupakan pilot projek pertama, dan ke depan kami optimis akan ada investor lain yang akan ikut memanfaatkan sistem resi gudang timah ini," ujarnya.

Fajar juga menilai bahwa potensi investor yang bakal masuk tidak menutup kemungkinan berasal dari industri keuangan, perbankan atau bahkan lembaga keuangan lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×