Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Anna Suci Perwitasari
Pasar Fisik Komoditas Timah Batangan sendiri, telah diperdagangkan di BBJ akhir tahun lalu dan cukup menarik perhatian investor. Dengan kapasitas produksi yang dimiliki TINS, serta pangsa pasar yang dimiliki emiten tersebut, sudah selayaknya Indonesia menjadi bagian dalam penentuan harga timah dunia.
Untuk itu, kerjasama Resi Gudang timah tersebut merupakan upaya strategis kami dalam meningkatkan pemanfaatan SRG Tanah Air. Apalagi, sampai saat ini masih banyak komoditas di Indonesia, yang belum memaksimalkan Resi Gudang masih sangat kecil.
"Khusus mengenai komoditas timah batangan, kami optimis ke depan sistem resi gudang ini akan berkembang,” ungkapnya.
Baca Juga: Ini kendala menahun perdagangan komoditi berjangka yang belum rampung
SRG timah dirancang sebagai alat pengendali ketersediaan komoditas yang nantinya diharapkan sebagai sarana lindung nilai bagi komoditas dalam hal ini Timah Murni Batangan. Sehingga, itu akan berpengaruh pada kestabilan stok dan harga. Selain itu, SRG komoditas timah merupakan sarana untuk menahan barang atau hedging dan mampu menaikkan harga timah yang saat ini tengah lesu.
Kerjasama strategis kedua BUMN tersebut juga diharapkan menjadi awal masuknya investor potensial lainnya untuk turut serta dalam skema Pembelian dan Penjualan Kembali dengan jaminan surat berharga berupa Resi Gudang. "Ini merupakan pilot projek pertama, dan ke depan kami optimis akan ada investor lain yang akan ikut memanfaatkan sistem resi gudang timah ini," ujarnya.
Fajar juga menilai bahwa potensi investor yang bakal masuk tidak menutup kemungkinan berasal dari industri keuangan, perbankan atau bahkan lembaga keuangan lainnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News