kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Jaga pasar obligasi, suku bunga dan inflasi harus stabil


Kamis, 11 Januari 2018 / 21:46 WIB
Jaga pasar obligasi, suku bunga dan inflasi harus stabil
ILUSTRASI. bursa saham; ihsg; bursa efek indonesia


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah berhasil membuat pasar surat utang Indonesia jadi semakin bergairah. Itu terjadi setelah Indonesia mendapat kenaikan peringkat dari Fitch Ratings di akhir tahun lalu. Lembaga pemeringkat internasional itu mengubah rating utang dari BBB- dengan outlook positif menjadi BBB dengan outlook stabil.

Fixed Income Fund Manager Ashmore Asset Management Indonesia, Anil Kumar mengatakan, sepanjang 2017, pemerintah telah melakukan pekerjaanya secara tepat. Hasil kinerja pemerintah tersebut terkonfirmasi dengan rating Indonesia yang selalu naik.

Lantas di 2018 yang menjadi tantangan pasar obligasi Indonesia yakni bagaimana pemerintah mempertahankan kondisi suku bunga dan inflasi agar tetap memberi sentimen positif pada pasar obligasi.

Anil mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2018 arahnya stabil atau meningkat. Sementara, pergerakan suku bunga akan tergantung dari inflasi. Menurutnya, selama pemerintah bisa menahan semua sumber inflasi, maka kemungkinan Bank Indonesia bisa menurunkan suku bunga dan ini bisa membawa dampak positif ke pasar obligasi.

Anil menilai, pergerakan rupiah belakangan ini juga cukup stabil hingga menarik investor asing masuk. "Ke depan kalau semua faktor tersebut bisa dijaga, pasar obligasi Indonesia tetap tumbuh dengan baik," katanya, Kamis (11/1).

Sedangkan, jika yang terjadi  sebaliknya, semua faktor tersebut bisa jadi risiko yang perlu diwaspadai. Sebagai contoh, Anil menyebut, jika pengeluaran pemerintah lebih banyak untuk subsidi dan jika harga mulai naik, berarti inflasi bisa muncul. Hal ini bisa membuat bumerang bagi ekonomi Indonesia dan pasar obligasi.

Anil memproyeksikan penerbitan obligasi koporasi akan semakin ramai akibat suku bunga di pasar obligasi yang jauh lebih rendah dibanding pinjaman bank. Ramainya surat utang yang ditawarkan memiliki risiko minat investor.

Namun, selama imbal hasil yang ditawarkan memenuhi kriteria investor, selama itu pula suplai obligasi korporasi bisa diserap pasar.

Memasuki pemilihan kepala daerah, Anil memproyeksikan hajatan tersebut tidak akan menggangu kondisi ekonomi Indonesia maupun pasar obligasi. "Tidak terlalu mengkhawatirkan investor domestik apalagi asing, semua emerging market punya risiko politik yang semua sudah dibayar dengan imbal hasil yang tinggi," kata Anil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×