kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.310.000 -1,13%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Isu tapering AS tidak meredam prospek reksadana denominasi dolar AS


Kamis, 24 Juni 2021 / 22:45 WIB
Isu tapering AS tidak meredam prospek reksadana denominasi dolar AS
ILUSTRASI. Isu tapering AS tidak meredam prospek reksadana denominasi dolar AS


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. The Federal Reserve (The Fed) pada pekan lalu menyampaikan arah kebijakan moneternya yang bernada hawksih. Respons pelaku pasar kini berkembang pada kemungkinan AS melakukan tapering off. Pelaku pasar menilai aksi tersebut berpotensi membawa sentimen negatif pada pasar keuangan global dan dalam negeri. 

Bagi manajer investasi (MI) yang memiliki reksadana berdenominasi dolar AS, juga tidak luput menerima sentimen negatif tersebut. Namun, MI dan analis tetap optimistis kinerja reksadana berdenominasi dollar AS akan tetap tumbuh meski tantangan menghadang. 

Rizky Hidayat, Investment Specialist Schroders Indonesia mengatakan, The Fed masih harus memastikan pemulihan ekonomi AS serta high inflationary pressure sebelum melakukan tapering. Rizky menilai inflasi AS akan segera meningkat dalam beberapa bulan ke depan sehingga memberi kesempatan The Fed untuk tapering meskipun dengan tidak terburu-buru.

Tentunya, tapering dapat memengaruhi kinerja mata uang dan menaikkan yield US Treasury hingga  berdampak ke valuasi saham. Kinerja reksadana saham syariah offshore juga akan terpengaruh. Namun, melihat kejadian tapering di 2013, saat itu pasar saham cepat rebound. Alhasil, Rizky mengatakan dampak pasca taper tantrum hanya bersifat sementara. 

Baca Juga: Tips mengatur aset di tengah volatilitas pasar keuangan

Head of Investment Research Infovesta Utama, Wawan Hendrayana, juga mengatakan dampak kekhawatiran taper tantrum hanya akan berlangsung dalam jangka pendek. Bagi reksadana saham syariah offshore yang cocok dipegang dalam jangka panjang, masih memiliki potensi pertumbuhan yang cerah. 

"Jangka panjang jika ekonomi AS membaik maka ekonomi global juga akan positif, jadi tidak selama tapering berdampak buruk," kata Wawan. 

Kinerja reksadana saham syariah offshore juga masih berpotensi terbantu oleh proses pemulihan ekonomi global dan distribusi vaksin. Rizky mengamati negara yang sudah lebih dulu memulai proses vaksin telah menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat seperti AS dan China.

Selain itu dengan tingkat likuiditas global yang berlimpah, investor diproyeksikan masih masuk ke pasar saham yang memiliki potensi pertumbuhan dalam fase pemulihan ekonomi pasca pandemi.  Selain tapering, justru risiko pasar saham global saat ini datang dari varian baru Covid-19. 

Sementara kinerja reksadana pendapatan tetap denominasi dollar AS yang memiliki aset obligasi denominasi dollar AS juga akan terpengaruh sentimen hawkish dan rencana tapering AS. "The Fed yang mulai mendiskusikan tapering tentu akan menjadi sentimen negatif bagi pasar obligasi dan menaikkan yield US Treasury," kata Rizky. 

Baca Juga: Kurs rupiah makin melemah ke Rp 14.460 per dolar AS pada Kamis (24/6) siang

Rizky mengatakan, obligasi pemerintah denominasi dollar AS saat ini memiliki yield spread sekitar 60 basis poin dibanding dengan US Treasury di tenor 10 tahun. Spread ini sudah mengecil dibandingkan pada saat pra-Covid di sekitar 100 bps karena kenaikan yield US Treasury yang cukup kencang secara year to date. 

Namun, rendahnya level inflasi Indonesia serta level real yield obligasi Indonesia yang masih positif jadi meredam sentimen negatif tapering AS atas obligasi INDON. "Kami menilai kestabilan nilai tukar rupiah penting untuk menopang kinerja obligasi INDON," kata Rizky .

Selanjutnya: Kurs rupiah melemah lagi ke Rp 14.455 per dolar AS pada Kamis (24/6)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×