Reporter: Namira Daufina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Tekanan eksternal yang besar jadi pemicu koreksi yang diderita rupiah sepanjang pekan ini.
Di pasar spot, Jumat (2/9) nilai tukar rupiah menguat 0,16% di level Rp 13.247 per dollar AS dibanding hari sebelumnya. Sedangkan dalam sepekan terakhir posisi rupiah tergerus 0,26%. Menilik valuasi rupiah di kurs tengah Bank Indonesia menguat 0,06% di level Rp 13.261 per dollar AS walau dalam sepekan terakhir merosot 0,14%.
Reny Eka Putri, Analis Pasar Uang PT Bank Mandiri Tbk mengatakan tekanan sejak awal pekan lalu datang setelah Gubernur The Fed Janet Yellen melemparkan pandangan positif mengenai prospek kenaikan suku bunga The Fed September 2016 mendatang. Itu mempertegas optimisme pasar setelah sebelumnya beberapa pejabat The Fed juga melontarkan pernyataan hawkish soal prospek The Fed rate.
“Sementara dari dalam negeri nyaris tidak ada faktor yang bisa jadi penopang karena memasuki akhir bulan,” ungkap Reny. Tekanan justru bertambah dari internal karena di akhir bulan permintaan USD yang tinggi untuk memenuhi kewajiban pembayaran hutang baik dari sisi pemerintah maupun korporasi.
Meski memasuki akhir pekan dukungan bagi rupiah datang dari rilis inflasi yang mencatatkan terjadinya deflasi di sepanjang bulan Agustus. Imbas data ini positif bagi pergerakan rupiah. "Nyatanya data ini berhasil membuat rupiah unggul di penutupan pasar hari ini," tutur Reny.
Memandang pekan depan, Reny mengatakan rilis cadangan devisa yang diperkirakan akan dalam koridor yang positif pun akan jadi kekuatan bagi rupiah untuk menahan serangan dari eksternal. “Terutama setelah data China yang positif kemarin, mata uang emerging market seperti rupiah memiliki daya tahan,” jelas Reny.
Sehingga kekuatan dari dalam negeri ini jadi kekuatan bagi rupiah untuk menguat meski dalam rentang yang terbatas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News