Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Noverius Laoli
Penjualan rumah tertunda April AS tidak berubah secara bulanan (MoM), lebih lemah dari ekspektasi 1% MoM. Hal itu Karena statistik secara historis menunjukkan ekonomi AS yang lebih kuat dari yang diperkirakan, pasar mulai mengevaluasi secara serius kemungkinan kenaikan suku bunga lain dari Federal Reserve.
"Laporan Core PCE hari ini sebagai ukuran inflasi yang disukai Fed, akan menjadi sorotan. Pembacaan yang lebih tinggi dari perkiraan akan meningkatkan ekspektasi pasar untuk kenaikan Fed lainnya," paparnya.
Selain itu, lonjakan imbal hasil T-note 10-tahun Kamis ke level tertinggi, memperkuat perbedaan suku bunga dolar AS dan bullish untuk dolar AS. Kemudian, kekhawatiran tentang perlambatan pemulihan China menjatuhkan yuan ke level terendah terhadap dolar AS.
Baca Juga: Sri Mulyani Ungkap 4 Tantangan Besar yang Harus Dihadapi Usai Pandemi Berakhir
"Akibat penguatan Dolar, USDIDR ditutup menguat. USDIDR meningkat 0,13% menjadi Rp 14.965 pada Jumat (26/5) dari Rp 14.945 pada sesi perdagangan sebelumnya," sambungnya.
Lukman juga menilai prospek dolar AS juga tetap pada sentimen fundamental ekonomi AS sendiri, yaitu pertumbuhan ekonomi, suku bunga, inflasi, dan lain sebagainya.
"Walau ke depannya dominasi dolar AS turun, anggap ke 30%, tidak mengartikan status safe haven dolar AS akan menghilang. Yen dan CHF adalah mata uang safe haven walau tidak mendominasi. Jadi ke depannya faktor ketidakpastian, konflik dan geopolitik global juga akan mendukung dolar AS," sambungnya.
Baca Juga: Terus Kembangkan Pasar, Begini Target Bank-Bank Milik Korea di Indonesia
Lukman pun mengestimasikan indeks dolar AS tahun ini di level 108-109 dan rupiah akan diperdagangan hingga akhir tahun pada level Rp 14.000 - Rp 14.300. Sementara Sutopo memproyeksikan dolar AS akan diperdagangkan pada 105.00 pada akhir kuartal ini, dan diperkirakan akan diperdagangkan di 107 dalam waktu 12 bulan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News