kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

IPO tahun depan makin banyak, investor akan tetap memburu IPO tahun ini


Kamis, 24 Oktober 2019 / 21:04 WIB
IPO tahun depan makin banyak, investor akan tetap memburu IPO tahun ini
ILUSTRASI. Layar pergerakan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta.


Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan 76 pencatatan efek baru dalam Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan (RKAT) 2020, termasuk pencatatan saham perdana. Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Inarno Djajadi menyampaikan setidaknya ada lima BUMN yang akan melantai di BEI.

Analis Panin Sekuritas William Hartanto mengatakan, hal ini tidak membuat investor menahan diri untuk membeli saham-saham initial public offering (IPO) tahun ini. "Mereka tetap memanfaatkan tren jangka pendek sambil menunggu IPO BUMN," kata William kepada Kontan.co.id, Kamis (24/10).

Dia menjelaskan, apabila sepanjang perjalanan nanti kinerja emiten BUMN terkoreksi, maka investor bakal kehilangan minat untuk membeli saham IPO tersebut.

Baca Juga: BEI berharap ada lima BUMN yang IPO tahun depan

Hal senada juga disampaikan oleh Analis Binaartha Sekuritas, Muhammad Nafan Aji. Dia bilang, banyaknya perusahaan yang IPO tahun depan tidak menyurutkan niat investor untuk membeli saham baru pada tahun ini.

Nafan menuturkan, investor akan lebih melihat pada valuasi harga saham yang dinilai menarik untuk jangka panjang. Kedua, investor bakal tertarik membeli saham suatu perusahaan dengan fundamental yang baik. "Yang tak kalah penting melihat prospek kinerja perusahaan setelah melakukan IPO," tutur Nafan.

Baca Juga: BEI menargetkan 76 pencatatan efek baru pada tahun depan

William menilai, sentimen yang dapat mempengaruhi pasar pada tahun depan adalah pemilihan presiden AS. Adapun sektor yang menurutnya masih menarik meliputi sektor telekomunikasi, consumer goods, dan teknologi. "Karena industri digital sedang bertumbuh dan sektor consumer adalah yang paling defensif," imbuhnya.

Sementara Nafan menyarankan investor untuk mencermati sektor tambang. Dia memprediksi harga komoditas sektor tambang akan lebih stabil. Ia juga menilai sektor lain yang juga menarik seperti perusahaan manufaktur.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×