Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Salah satu self-regulatory organization (SRO), PT Bursa Efek Indonesia (BEI) memasang target sebanyak 76 pencatatan efek baru dalam Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan (RKAT) 2020 mendatang.
Pencatatan 76 efek baru ini akan terdiri dari pencatatan saham baru, obligasi korporasi, EBA, ETF, DIRE, dan DINFRA. Sebagai informasi target pencatatan efek baru untuk tahun 2020 tak jauh berbeda dengan rencana tahun ini yakni sebanyak 75 pencatatan efek.
BEI telah mempersiapkan sejumlah strategi untuk mencapai target itu. Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Inarno Djajadi mengatakan, target pada tahun depan akan direalisasikan melalui beberapa strategi, misalnya saja penyelenggaraan sosialisasi, workshop, dan one-on-one meeting kepada perusahaan potensial baik dari perusahaan swasta maupun anak usaha BUMN serta BUMD.
Baca Juga: Pasar kembali bergairah, begini ringkasan perdagangan bursa dalam sepekan
Selain itu, BEI juga terus mengembangkan regulasi dan sistem yang mendukung kemudahan pencatatan efek bagi calon perusahaan tercatat. Untuk target tahun ini, Inarno optimistis mampu mencapai target yang telah ditentukan.
Direktur Penilaian Bursa Efek Indonesia I Gede Nyoman Yetna mengatakan, sampai saat ini sudah ada 42 perusahaan baru yang tercatat di BEI. Kemudian, dalam pipeline masih ada 35 calon emiten yang akan melantai di BEI hingga tutup tahun 2019. "Dengan asumsi bahwa kami sangat mengedepankan dari sisi kualitas, untuk menjadi perusahaan tercatat keberhasilannya sekitar 85%, anggaplah dari 35 itu ada lima yang kami tolak. Ada 30 yang akan tercatat," kata Nyoman.
Nyoman berharap pencatatan saham perdana hingga tutup tahun ini bisa menembus angka 57. Selanjutnya, sampai Oktober 2019 sudah tercatat 10 ETF dan ada 10 lagi yang terdaftar dalam pipeline. Sementara realisasi sampai akhir 2018 hanya tercatat sebanyak 10 ETF.
Baca Juga: Siap-Siap, Banyak Emiten Baru Akan Listing di Akhir Tahun
BEI menargetkan nilai transaksi harian rata-rata saham pada tahun depan sebesar Rp 9,5 triliun atau meningkat sekitar 2,75% dari asumsi tahun ini yang revisi sebesar Rp 9,25 triliun.
"Kami melihat ke depan masih ada gejolak market. Kami melihatnya cukup optimistis mudah-mudahan bisa tercapai, tapi tidak terlalu menargetkan yang lebih tinggi. Jadi kami konservatif saja, mirip-mirip yang tahun lalu," kata Nyoman.
Dengan adanya target-target tersebut, BEI memprediksi total pendapatan yang akan diperoleh pada 2020 mencapai Rp 1,18 triliun atau meningkat 1,71% ketimbang target pendapatan tahun ini Rp 1,16 triliun.
Lebih lanjut, BEI memprediksi biaya usaha pada tahun depan sebesar Rp 1,02 triliun sehingga BEI akan memperoleh laba sebelum pajak menjadi Rp 160,54 miliar. Setelah dikurangi estimasi beban pajak sebesar Rp 59,19 miliar, maka perkiraan perolehan laba bersih BEI di tahun 2020 adalah sebesar Rp 101,36 miliar.
Total aset BEI pada 2020 diproyeksikan sebesar Rp 3 triliun atau naik 17,30% dari RKAT 2019 mencapai Rp 2,56 triliun.
Rencana Kerja dan Anggaran Tahunan 2020 mendatang ini telah disetujui oleh pemegang saham dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) BEI pada Kamis (24/10).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News