Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi memang belum sepenuhnya sirna dari tanah air. Namun, pencarian dana segar di pasar modal masih semarak. Bahkan, dana yang terkumpul dari sejumlah aksi korporasi ikut memecahkan rekor.
Bursa Efek Indonesia (BEI) kembali mencatatkan rekor perolehan dana terbesar dari initial public offering (IPO) pada tahun ini. Sejak awal tahun sampai dengan 16 September 2021 telah terkumpul dana sebesar Rp 32,14 triliun yang berasal dari IPO 38 perusahaan.
"Nilai tersebut merupakan perolehan dana terbesar yang dihimpun perusahaan melalui IPO sejak pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977," kata Direktur Penilaian BEI I Gede Nyoman Yetna, Jumat (17/9).
Sebelumnya, rekor pencapaian dana terbesar dari IPO terjadi pada tahun 2010. Kala itu, total dana yang dihimpun melalui IPO adalah sebesar Rp 29,67 triliun yang berasal dari IPO 23 perusahaan.
Baca Juga: Penyebab IHSG tetap semarak di tengah pandemi
Selain IPO, pencarian dana melalui penerbitan saham baru (rights issue) juga semarak. Otoritas bursa setidaknya telah mengantongi lebih dari 40 pipeline rights issue. Sampai dengan 14 September, total realisasi pendanaan melalui rights issue mencapai Rp 149,27 triliun.
Nilai tersebut dengan asumsi rights issue PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) sudah dilaksanakan seluruhnya, dimana BBRI mengincar dana segar Rp 95,9 triliun melalui aksi korporasi tersebut.
Kepala Riset Praus Capital Marolop Alfred Nainggolan menilai, naiknya jumlah dana yang terkumpul dari IPO bukan hanya karena adanya kemudahan (stimulus) yang diberikan otoritas. Kenaikan ini utamanya disebabkan oleh adanya momentum.
Secara rinci, pandemi Covid-19 telah membawa ekonomi dunia mengalami resesi ekonomi karena aktivitas masyarakat (ekonomi) yang tertahan oleh pandemi. Hal ini memaksa adanya stimulus secara masif baik pelonggaran likuiditas (suku bunga) sampai suntikan dana ke pasar
Baca Juga: Tahun ini menjadi tahun dengan nilai emisi IPO tertinggi sepanjang sejarah